Sabtu, 23 November 2024

Protes Lockdown di China Serukan Xi Jinping Mundur

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Aksi protes kebijakan "nol-Covid" berujung lockdown di Shanghai China, Minggu (27/11/2022). Foto: Reuters

Protes terhadap kebijakan ketat “nol-Covid” China yang mengarah sampai ke lockdown semakin menyebar selama akhir pekan di tengah lonjakan infeksi virus corona negeri tirai bambu.

Seperti dilaporkan Antara mengutip Kyodo, Senin (28/11/2022), dalam video yang beredar di media sosial, para demonstran di Shanghai bahkan sampai menyerukan permintaan yang jarang terjadi sebelumnya, yakni agar Xi Jinping Presiden mundur.

Di Shanghai, ratusan orang pada Minggu (27/11/222) malam. berkumpul untuk unjuk rasa yang diadakan selama dua hari berturut-turut, dengan melampiaskan kemarahan mereka terhadap pihak berwenang.

Mereka meneriakkan slogan-slogan seperti “Turunkan Xi Jinping” dan “Turunkan kaisar” yang mengacu pada pemimpin negara tersebut.

Banyak petugas polisi yang dikerahkan di lokasi untuk mengepung para pengunjuk rasa, dengan beberapa dari mereka ditahan.

Untuk diketahui, di China gerakan protes besar jarang terjadi karena mengkritik pemerintah secara terbuka dianggap ilegal.

Sementara Kota Shanghai yang merupakan pusat keuangan dan komersial negara itu, telah menjalani lockdown selama dua bulan pada awal tahun ini.

Banyak aksi unjuk rasa di seluruh China dipicu oleh kebakaran mematikan yang terjadi di Urumqi, ibu kota Xinjiang.

Demonstrasi berlangsung dengan adanya spekulasi yang berkembang, bahwa upaya evakuasi dan penyelamatan dalam peristiwa kebakaran itu  terhambat akibat langkah penguncian.

Di Shanghai, lebih dari 100 orang turun ke sebuah jalan lokal bernama Urumqi, pada Sabtu (27/11/2022) malam. Mereka menawarkan lilin dan bunga untuk memberi penghormatan kepada para korban kebakaran.

Orang-orang juga menyerukan keluhan mereka tentang langkah-langkah pencegahan Covid-19 yang radikal, menolak kediktatoran dan mendorong upaya demokrasi.

Hal serupa juga diungkapkan seorang Mahasiswa Universitas Tsinghua, kampus tempat Xi kuliah. Mereka mengadakan demonstrasi pada hari Minggu untuk menyerukan kebebasan.

Nyala lilin juga diadakan di sebuah universitas Nanjing, pada Sabtu, untuk meratapi 10 korban kebakaran yang terjadi di sebuah gedung apartemen bertingkat tinggi di Urumqi.

Aksi protes kabarnya juga dilakukan di pusat Wuhan kota asal wabah Covid-19. Selain itu juga di kawasan China Selatan, Kota Lanzhou di barat laut, dan Jilin di Timur laut.

Sebagai informasi, Komisi Kesehatan Nasional China telah mencatat kasus virus corona harian lebih dari 38.000 di negara itu, per Sabtu lalu. Angka kasus tersebut mencapai tingkat tertinggi, untuk hari keempat berturut-turut dibandingkan dengan saat pemerintah mulai merilis data pada musim semi 2020.

Di China, orang-orang di daerah yang menjalani lockdown dilarang meninggalkan rumah mereka dan seringkali kesulitan mendapatkan makanan yang cukup dan kebutuhan sehari-hari.

Menghadapi kemarahan publik yang semakin meningkat, pemerintah China baru-baru ini mengatakan akan menahan diri untuk tidak menerapkan penguncian di seluruh kota, dan sebagai gantinya mengisolasi bangunan tempat kasus Covid-19 dilaporkan.

Pemerintahan Xi Jinping diyakini khawatir dengan penyebaran aksi protes terhadap kebijakan “nol-Covid”, dan meningkatnya kritik terhadap pemerintah.

Xi diketahui memulai masa jabatan lima tahun sebagai presiden untuk ketiga kalinya, di mana hal itu melanggar norma. Xi kembali menjabat sebagai ketua Partai Komunis yang berkuasa pada Oktober.

Daerah otonom Xinjiang pada Sabtu memutuskan untuk menindak aksi kekerasan yang bertujuan menghalangi penerapan langkah-langkah anti-virus.

Seorang jurnalis China mengatakan pihak berwenang mungkin mengklaim keterlibatan “pasukan asing” sebagai dalang protes tersebut, dan secara ketat mengontrol aksi unjuk rasa. (ant/bil/rst)

Berita Terkait

Mantan Pelatih Timnas China Li Tie Ditahan


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs