Jumat, 22 November 2024

Indostrategic : Koalisi Gerindra-PKB Terancam Bubar, Akibat Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ahmad Khoirul Umam Direktur Eksekutif Indostrategic. Foto: Faiz Fadjarudin suarasurabaya.net

Ahmad Khoirul Umam Direktur Eksekutif Indostrategic mengatakan, sejak awal, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) cukup legowo menjadi Cawapres Prabowo.

Namun, kata Umam, Prabowo dan Gerindra sendiri tampak tidak percaya dengan kapasitas Cak Imin dalam mendongkrak elektabilitasnya untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

Untuk itu, Umam melihat kalau Prabowo sampai sekarang masih mengosongkan nama Cawapresnya dan terus bermain dua kaki mencari tokoh potensial.

“Sehingga, meskipun sudah deklarasi koalisi, nama Cawapres tetap dikosongkan dan Gerindra bermain dua kaki untuk tetap mencari tokoh potensial Cawapres yang bisa membantu mewujudkan ambisinya sebagai Presiden,” ujar Umam dalam keterangannya kepada suarasurabaya.net, Rabu (23/11/2022).

Kata Umam, ada nama Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur yang masuk dalam daftar nama potensial tersebut, termasuk nama Puan Maharani yang jelas memiliki mesin politik riil di PDIP.

Karena peluangnya menjadi Cawapres kian mengecil dan posisinya seolah dipandang sebelah mata oleh teman koalisi, maka, Umam menilai wajar kalau Cak Imin ingin mengoreksi total skema koalisinya bersama Prabowo.

“Jikalau koalisi Gerindra-PKB pecah, PKB akan kembali punya keleluasaan untuk membangun narasi politik Islam moderat di panggung demokrasi Indonesia. Sebab, kebersamaan Cak Imin dengan Prabowo membuka perdebatan di kalangan Kiai, karena Prabowo sudah telanjur dipandang sebagian kalangan Nahdliyin sebagai pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap praktik eksploitasi politik identitas dalam Pemilu 2014, Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pemilu 2019,” tegas Umam.

Selain itu, lanjut Umam, pengalaman koalisi Gerindra-PKB ini bisa menjadi pelajaran penting bagi partai-partai politik yang lain, agar jangan asal deklarasi koalisi jika akad perjanjian dan negosiasi belum selesai. Jika koalisi layu sebelum berkembang, akan menjadi bahan koreksi, sekaligus menunjukkan level kualitas diplomasi politik yang sesungguhnya dari partai yang bersangkutan.

Yang pasti, menurut Umam, jika Prabowo tidak jadi menggandeng Cak Imin, maka dukungannya dari basis pemilih Islam akan mengalami defisit. Sebab kelompok Islam konservatif sudah telanjur kecewa dengan pilihannya masuk di pemerintahan.

Sedangkan basis pemilih Nahdliyin selaku representasi dari kelompok Islam moderat tidak mudah dimobilisir karena Prabowo tidak menggandeng tokoh Nahdliyyin dan trauma para Kiai pasca Pemilu 2014 dan 2019 masih cukup kuat. (faz/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs