Pelaku tindak kejahatan di Kota Surabaya mulai beregenerasi ke usia yang lebih muda, yaitu remaja bahkan tak sedikit yang statusnya masih pelajar.
Polrestabes Surabaya mengungkap penangkapan 74 tersangka curanmor yang mayoritas anak-anak dan residivis selama periode September-Oktober 2022.
AKBP Mirzal Maulana Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya juga mencatat, selama sebulan terakhir ada tiga pelaku pencurian dengan pemberatan (curat) atau jambret yang masih di bawah umur.
“Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) terkait bersama dengan orang dewasa yaitu pelaku diduga terlibat kasus pencurian dengan pemberatan (jambret) selama bulan September-Oktober 2022. Dua ABH tidak lulus SD, dan satu lainnya terdeteksi masih pelajar kejar paket A,” ujarnya pada suarasurabaya.net, Kamis (10/11/2022).
Para pelaku remaja maupun pelajar itu, kata Mirzal, diajak para seniornya untuk ikut bertindak kejahatan.
Melihat kondisi itu, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya meminta polisi turun lebih banyak untuk menangani.
“Jadi saya berharap, sudah berdiskusi dengan Kapolrestabes dan Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, beliau akan menguatkan tim turun lapangan. Kita jaga bersama Kota Surabaya ini,” kata Eri lagi.
Selain itu, masyarakat juga diminta ikut memerangi maraknya pelaku kejahatan terutama anak-anak atau remaja dan pelajar. Caranya dengan menjaga Kampung Tangguh di daerahnya masing-masing karena masalah ini harus ditangani bersama.
“Pemkot juga akan menguatkan kembali, Kampung Tangguh ngadepi (menghadapi) Covid dan yang seperti ini, karena harus kekuatan bersama, tidak bisa sendiri. Itu yang kita lakukan. Kita juga sosialiasi di kampung-kampung, sudah berjalan,” ujarnya.
Bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November pula, Pemerintah Kota Surabaya mengganti pekerjaan rumah (PR) menjadi pendidikan karakter yang dimulai serentak di semua sekolah SD-SMP hari ini.
Eri meminta para orang tua juga ikut mengawal perkembangan anaknya. Terutama saat mereka berkegiatan di rumah atau di luar sekolah.
“Saya minta orang tua, jangan anak ini, kalau tidak ada PR, tidak mau belajar. Agar anak tanpa diminta sudah bergerak sendiri hatinya,” tambahnya.
Sehingga capaian jangka panjang dengan pendidikan karakter akan menumbuhkan generasi penerus yang tidak mengikuti arus kejahatan.
“Tidak mungkin ada miras, tidak mungkin ada kekerasan dan lain-lain kalau ada karakter kuat. Ini filosofi merdeka belajar,” pungkasnya.(lta/dfn/ipg)