Jean Couteau Antropolog asal Prancis mengatakan bahwa Indonesia sebagai pemegang tampuk presidensi G20 dalam posisi ideal untuk memainkan peran dalam tataran global.
“Indonesia dalam posisi ideal untuk memainkan perannya dalam tataran global,” tuturnya di Bali dan diterima Antara di Jakarta, Minggu (6/11/2022).
Couteau juga mengatakan, Indonesia selaku tuan rumah bisa memberikan manfaat dan poin lebih karena berhak menentukan tema dan agenda konferensi.
“Bersamaan dengan itu, Indonesia juga perlu menonjolkan kelebihan nilai-nilai yang dimiliki, terutama nilai yang terkandung di dalam dasar negara Pancasila,” imbuhnya.
Ia menyebut beberapa indikator yang dimiliki Indonesia sehingga layak untuk memimpin, di antaranya ialah pertumbuhan ekonomi yang signifikan, hubungan antaragama yang harmonis, hingga nyaris tidak adanya kekerasan politik dibandingkan negara lain.
“Hal-hal itu bisa ditawarkan sebagai model ko-eksistensi (kehidupbersamaan) dalam tataran global, di Indonesia praktiknya lebih menonjolkan nilai kebersamaan daripada perbedaan. Semuanya terkandung di Pancasila, rumus yang bersifat lintas bangsa,” ujarnya.
Pria yang juga merupakan Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu juga menilai bahwa Indonesia sukses mencegah dan menangani kekerasan-kekerasan yang berbau identitas, terutama agama dan etnis. Hal tersebut membuat Indonesia luput dari kristalisasi agama dan paham nasionalisme sempit yang menjadi akar konflik di berbagai negara.
“Politik dan nilai-nilai identitas di Indonesia bisa dibilang moderat. Cara mengelola kompleksitas keindonesiaan cukup baik dan berhasil,” ujarnya pula.
Selain itu, ia mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih berani memperlihatkan jati diri dan berperan di level global agar dunia bisa mengambil nilai-nilai baik dari Indonesia. Terlebih, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga dengan jumlah penduduk yang besar dan memiliki keberagaman etnis.
“Seharusnya Indonesia bisa menjadi panutan dunia,” ungkap Couteau.
Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana Koordinator Staf Khusus Presiden (SKP) menambahkan bahwa dalam konstelasi global yang dibutuhkan adalah peran para pemimpin dunia untuk menekan ego bersama guna mengatasi resesi dunia. Karena Presidensi G20 menjadikan Indonesia terdepan untuk menyelesaikannya.
Namun, posisi presidensi ini diwarnai dan dilingkupi oleh situasi dunia yang kurang menguntungkan, di antaranya situasi global yang fluktuatif pascapandemi, gangguan geopolitik, resesi ekonomi, bahkan termasuk perang antara Rusia dengan Ukraina. Maka membutuhkan respon yang dinamis untuk semua masalah tersebut.
Ia berharap pelaksanaan KTT G20 di Bali dengan nuansa spiritualitas yang kental bisa menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dunia.
“Dengan kekuatan spiritual Bali; shanti (damai), taksu (spirit), dan jagadhita (kesejahteraan), diharapkan bisa membuat para kepala negara mendapat aura positif dan menyebarkan perdamaian,” tuturnya.
Oleh karena itu, Ari mengajak seluruh masyarakat terutama masyarakat Bali untuk mendukung dan menyukseskan penyelenggaraan KTT G20 pada 15-16 November mendatang. Karena G20 merupakan kumpulan negara ekonomi terkuat di dunia dan memiliki pengaruh untuk mengatasi permasalahan dunia.(ant/rum/iss)