Jumat, 22 November 2024

CSIS: KIB Masih Berupaya Membangun Koalisi Permanen untuk Mengahadapi Pemilu 2024

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Petinggi parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) melakukan pertemuan di Jakarta. Foto: Istimewa

Arya Fernandes Peneliti Center for Strategic International Studies (CSIS) mengatakan, jelang Pemilu 2024 ada sejumlah inovasi dan inisiatif yang dilakukan partai politik.

Di antaranya Partai Golkar, PPP, dan PAN yang tergabung Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Menurutnya, ketiga parpol itu sedang berupaya membangun koalisi yang lebih permanen.

“KIB mencoba menginisiasi koalisi yang sifatnya lebih permanen. Dilakukan di tingkat pusat lalu mereka merancang sampai tingkat daerah,” ujarnya di Jakarta, Kamis (3/11/2022).

KIB, lanjut Arya, lebih mengedepankan pendekatan program atau kebijakan (policy oriented). Hal itu bisa dilihat dari upaya mereka untuk mematangkan program kerja selama 10 tahun ke depan.

Program Akselerasi Transformasi Ekonomi Nasional (PATEN) yang dirilis Agustus lalu, akan dipertajam pada pertemuan di Makassar akhir pekan ini, Minggu (6/11/2022).

“KIB ini sepertinya policy oriented. Jadi, mereka merancang kebijakan yang kira-kira strategis di 2024. Kalau dilihat kebijakan itu sifatnya futuristik, sebagian besar isu ekonomi,” ungkapnya.

Arya melanjutkan, pilihan model pendekatan KIB berbeda dengan partai yang mengedepankan figur atau sosok.

“Tapi, ada model lain misal yang dilakukan NasDem memang pendekatannya lebih berorientasi pada kandidat,” katanya.

Pilihan model itu, lanjut Arya berdasarkan kondisi dan juga pengaruh situasi internal partai.

“Tergantung bagaimana situasi dan kondisi internal. Dalam KIB, mungkin policy oriented dikedepankan karena mereka belum sampai pada titik bagaimana cara memilih kandidat, siapa kandidat yang akan dipilih. Sehingga, mulainya dengan program, dan kebijakan,” tambahnya.

Nantinya, parpol yang policy oriented akan berhadapan dengan arus utama publik yang lebih mengutamakan pilihan pada figur.

“Publik memang sekarang masih candidate centris. Jadi, faktor kandidat memang masih kuat pengaruhnya dalam menentukan pilihan,” timpalnya.

Arya menilai pendekatan policy oriented akan menemukan titik terang ketika parpol sudah menemukan kandidat yang pas dengan modal elektabilitas dan popularitas yang mumpuni.

“Kalau mereka sudah ketemu kandidat yang mungkin juga populer, saya kira bisa terkompensasi,” sambungnya.

Pilihan KIB menerapkan model policy oriented, kata Arya juga bisa dipahami karena masih ada cukup waktu jelang Pemilu 2024. Model pendekatan itu juga bisa lebih cocok dengan tujuan membangun koalisi permanen.

“Itu masih bisa dimaklumi, karena pilpres masih panjang. Tergantung situasi dan kebutuhan internal. Itu juga berdasarkan strateginya juga,” pungkasnya.

Sementara itu, Suko Widodo Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga mengatakan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memiliki gagasan untuk menjawab kritik dari masyarakat, sembari menunggu figur yang tepat untuk menjalankan gagasan itu.

“Selama ini kritik terbesar pada parpol adalah mereka mengajukan orang tetapi tidak disertai dengan gagasan. KIB mencoba menjawab meski ujung dari gagasan itu tetap melibatkan mereka yang berada di ruang itu,” ucapnya.

KIB, kata Suko, merupakan koalisi pertama yang hadir dengan gagasan, lalu kemudian akan menentukan siapa figur yang tepat alias capres dan cawapres mereka.

Suko menambahkan, KIB memiliki gagasan yang sama, dan bertujuan untuk membangun Indonesia baru.

“Tetapi, mereka juga sedang melakukan diskusi tentang peluang merebut kekuasaan bersama-sama. Kalau sendiri akan terombang-ambing, dengan koalisi itu ada satu kekuatan yang cukup besar,” tambahnya.

Kemudian, Program PATEN yang digagas KIB, menurut Suko, akan meneruskan jejak Joko Widodo.

“Sebetulnya, inti dari koalisi itu menangkap sinyal mereka berkepentingan, Pak Jokowi berkepentingan. KIB berusaha menyesuaikan ke arah Jokowi,” ungkapnya.

Keakraban antara KIB dan Jokowi dianggap lebih bermakna daripada KIB dan PDIP. Begitu juga dengan figur Airlangga Hartarto Ketum Golkar yang didorong untuk maju sebagai capres KIB, atau menimbang aspirasi kader parpol KIB yang menginginkan Ganjar Pranowo sebagai capres 2024.

“Jika ke depan Ganjar didukung PDIP, KIB tinggal menempel saja. Atau Kalau PDIP tidak memberikan, mereka akan mencari jalan lain. Karena politik sangat dinamis,” tandasnya.

Terkait koalisi, Viva Yoga Mauladi Politikus PAN mengatakan, KIB akan bertemu di Makassar akhir pekan ini untuk mematangkan program kerja KIB dengan tagline PATEN (Program Akselerasi Transformasi Ekonomi Nasional).

“Jadi, di situ akan dirumuskan program-program KIB untuk 10 tahun ke depan. Kami pakai pendekatan gagasan program. Dengan begitu, kami akan meneliti figur-figur yang tepat, yang punya kapasitas untuk menjalankan program-program KIB. Kemudian, baru dirumuskan sebagai pasangan calon dari KIB,” ungkapnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs