Bank Indonesia (BI) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2022 mengalami deflasi 0,11 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal maupun inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 1,17 persen (mtm) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,71 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal maupun inflasi IHK bulan sebelumnya yang mencapai 5,95 persen (yoy),” kata Erwin HaryonoDirektur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, dalam keterangan resmi BI, Rabu (2/11/2022).
Kemudian untuk inflasi inti pada Oktober 2022 terkendali sebesar 0,16 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi September 2022 yang sebesar 0,30 persen (mtm).
Erwin menyebut, realisasi inflasi yang lebih rendah dari prakiraan sejalan dengan dampak penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) yang tidak sebesar prakiraan awal.
Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga rendah seiring dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM tersebut dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Kelompok volatile food pada Oktober 2022 kembali mencatat deflasi sebesar 1,62 persen (mtm), lebih besar dari prakiraan awal dan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,79 persen (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi aneka cabai serta telur dan daging ayam ras didukung oleh peningkatan stok seiring dengan panen raya hortikultura, kondisi pasokan telur dan daging ayam ras yang lebih dari cukup. Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok volatile food secara tahunan juga mengalami penurunan dari 9,02 persen (yoy) pada bulan lalu menjadi 7,19 persen (yoy).
Inflasi kelompok administered prices pada Oktober 2022 menurun menjadi 0,33 persen (mtm) dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 6,18 persen (mtm). Penurunan inflasi tersebut terutama dampak langsung (first round effect) penyesuaian harga BBM bersubsidi yang berangsur normal dan penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan meredanya tekanan harga avtur. Penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi terhadap angkutan dalam kota dan inflasi bahan bakar rumah tangga seiring dengan penyesuaian harga di tingkat pengecer. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi yang stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 13,28 persen (yoy).
“Untuk keseluruhan tahun 2022, Bank Indonesia memandang inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meski masih di atas 3,0±1 persen. Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan,” pungkas Erwin.(dfn/rst)