Sabtu, 23 November 2024

Cara Mengenali dan Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Pixabay

dr. Baety Adhayati, SpFM(K) Wakil Sekjen Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) mangatakan, kekerasan seksual pada anak lebih banyak terjadi dibanding kekerasan seksual pada perempuan.

Berdasarkan data kasus kekerasan seksual tahun 2021, sebanyak 11.952 kasus atau 58,6 persen kekerasan terhadap anak. Sedangkan, sebanyak 8.478 kasus atau 15 persen kekerasan seksual terjadi pada perempuan.

Ada beberapa ciri yang dapat dikenali pada anak korban kekerasan seksual. Di antaranya perubahan kepribadian dari ceria menjadi murung, depresif dan prestasi sekolah menurun.

“Tanda lainnya yaitu perubahan perilaku seksual seperti gemar menonton tayangan asusila, melakukan masturbasi pada usia anak-anak, keluhan di daerah alat kelamin, sampai adanya penyakit menular seksual,” lanjutnya dalam kegiatan Media Briefing yang bertajuk “Kekerasan Seksual Pada Anak dan Perempuan” secara daring, Jumat (28/10/2022) siang.

dr. Baety memaparkan, meski demikian, sebagian korban ada yang tidak sadar mengalami kekerasan seksual. Hal itu karena orang tua maupun guru tidak mengajari terkait kekerasan seksual.

“Ada korban yang tidak sadar mengalami kekerasan seksual karena tidak diajari orang tua atau guru, tidak boleh memegang alat vital,” katanya.

Para korban kekerasan seksual perlu penanganan dan pendampingan sehingga korban menjadi nyaman. “Paling ideal kalau korban melapor langsung ke Pusat Layanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang kemudian dapat ditindaklanjuti ke wilayah masing-masing,” kata dokter Baety.

Sementara Siti Hajar Rahmawati Pendamping psikologi dari Akara Perempuan (Lembaga Pendampingan Bagi Perempuan Korban Kekerasan) mengatakan tidak semua korban kekerasan seksual dapat sembuh total.

“Namanya sembuh total menurut kami tidak ada sembuh total, tapi kami upayakan kepada korban tidak bersedih terlalu larut,” ujar Rahma.

Para korban, kata Siti, dapat mengalami PTSD traumatik sindrom. Ingatan kekerasan seksual di masa kecil muncul kembali saat usia dewasa dan harus diterapi.(tik/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs