Banyaknya tawuran antar remaja yang terjadi di Kota Surabaya periode Juli sampai Oktober 2022, didominasi bentrok geng antar sekolah. Rinciannya, dari delapan kasus ada lima kejadian yang melibatkan remaja antar sekolah sementara sisanya dilakukan oknum anggota perguruan bela diri.
Eddy Christijanto Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, Jumat (28/10/2022) pada Radio Suara Surabaya mengatakan, tawuran rata-rata terjadi karena gesekan di media sosial (medsos) yang berlanjut di dunia nyata.
“Contohnya seperti kejadian di Jembatan Suroboyo akhir pekan lalu (Minggu 23 Oktober 2022). Awalnya ejek-ejekan di medsos, tidak terima lalu ketemuan di dunia nyata,” ujarnya dalam program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya.
Selain itu, Eddy menyebut jika ada keterlibatan alumni yang memprovokasi adik tingkatnya yang masih aktif bersekolah/pelajar dengan dalih mempertahankan harga diri. Lagi-lagi, kata dia, intervensi alumni tersebut berawal dari konten provokasi yang viral di media sosial.
“Jadi pernah ada oknum pelajar dari sekolah lain upload konten menginjak-injak atribut sekolah tertentu. Tidak terima, mantan sekolahnya dibegitukan (diinjak-injak), akhirnya langsung memerintahkan adiknya untuk menyerbu para pelajar dari sekolah yang bersangkutan,” imbuhnya.
Menurutnya, tawuran tersebut marak terjadi setelah pandemi Covid-19 mulai melandai. Saat pandemi, banyak aturan mulai dari jam malam hingga razia yang intens dilakukan. Sehingga saat semua kebijakan itu diperlonggar, banyak remaja yang justru melonjak ingin unjuk diri.
Untuk itu, pihak Pemkot Surabaya bersama dengan Polrestabes Surabaya, Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya (KP3) dan Komando Garnisun III Surabaya saat ini mulai intens melakukan patroli dan razia kembali. Razia tersebut rutin dilakukan setiap hari pada pukul 20.00 WIB, terutama pada hari Sabtu malam untuk menyisir titik-titik yang rawan terjadi tawuran.
“Dari hasil pemetaan kami, titiknya di Jalan Indrapura, Demak, Banyu Urip, MERR, Tanjungsari, Jagir, Jembatan Suroboyo dan banyak lagi. Kemudian di sekitaran SMAN 9 itu biasanya terkenal jadi tempat kumpul anak-anak muda, setiap malam kami wajib patroli ke sana,” jelas Eddy.
“Jika sepanjang patroli ditemui adanya anak muda kumpul-kumpul dan sedang minum-minuman keras, ya kami tipiring langsung ditempat, kemudian sisanya kami bubarkan,” imbuhnya.
Selain itu, “Kampung Wani Jogo Suroboyo” akan dihidupkan kembali untuk menjaga kondusifitas mulai tingkat kelurahan di Kota Pahlawan. Terdiri dari tokoh masyarakat tingkat RT sampai RW setempat serta pendampingan oleh TNI-Polri, Kampung Wani Jogo diharapkan bisa menyelesaikan segala potensi gesekan mulai dari tingkat masyarakat.
Adapun, menurut dia, seluruh upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya bersama dengan stakeholder lainnya itu tidak akan berhasil jika peran orang tua untuk memantau anak-anaknya.
“Jadi kami minta tolong, orang tua agar kontrol betul anak-anaknya. Kalau semisal tidak ada agenda apapun, usahakan jam sembilan malam itu sudah di rumah. Kita memang sudah ada gerakan Satpol PP mengunjungi sekolah untuk memberi edukasi. Tapi tetap kuncinya di orang tua,” ujarnya.
Terakhir, kata Kasatpol PP, warga diimbau untuk melaporkan jika melihat atau mengetahui adanya potensi tawuran atau kerusuhan yang merugikan warga, dengan melapor di layanan yang sudah disediakan.
“Bisa lapor di layanan Command Center 112 Surabaya. Atau lapor lewat Radio Suara Surabaya juga bisa, bagus itu selalu kita pantau (laporannya) untuk kita tindak lanjut dengan petugas di lapangan,” pungkasnya. (bil/ipg)