Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama berpesan kepada para santri untuk istikamah pada jalan perjuangannya, membela agama dan bangsa, serta menjaga martabat kemanusiaan serta mendoakan para pahlawan bangsa, termasuk kiai dan ulama, yang telah syahid dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemaslahatan Indonesia.
Ia menjadi inspektur upacara dalam Upacara Peringatan Hari Santri yang dilaksanakan di halaman kantor pusat Kementerian Agama, inspektur Upacara Peringatan Hari Santri di Jakarta, dikutip dari kemenag.go.id, Sabtu (22/10/2022).
“Doakan bangsa dan ulama, jaga martabat kemanusiaan,” pesan Gus Men, panggilan akrabnya.
Upacara ini diikuti pejabat Eselon I dan II, serta para pejabat fungsional dan pegawai Kementerian Agama. Berbeda dari biasanya, Menag beserta seluruh peserta upacara mengenakan kain sarung dipadukan peci hitam. Upacara ini juga diikuti ribuan santri dan ASN Kementerian Agama dari berbagai daerah di Indonesia secara streaming.
“Melalui momen Upacara Peringatan Hari Santri Tahun 2022 ini, mari kita bersama-sama mendoakan para pahlawan terutama dari kalangan ulama, kiai, santri yang telah syahid di medan perang demi kemaslahatan bangsa dan agama. Semoga arwah para pahlawan bangsa ditempatkan yang terbaik di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Amin,” ajak Menag.
Ia menjelaskan, Peringatan Hari Santri 2022 mengangkat tema ‘Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan’. Tema yang memberi pesan bahwa santri dalam kesejarahannya selalu terlibat aktif dalam setiap fase perjalanan Indonesia. Ketika Indonesia memanggil, santri tidak pernah mengatakan tidak. Santri dengan berbagai latar belakangnya siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara.
Di dalam pesannya, Yaqut menceritakan Indonesia ketika masih dijajah, di mana para santri turun ke medan laga dan berperang melawan penjajah. Ada banyak catatan sejarah yang menggambarkan kiprah para santri berperang melawan penjajah yang menggunakan senjata berupa bambu runcing yang lebih dulu didoakan oleh Kiai Subchi Parakan Temanggung misalnya, mereka tidak gentar melawan musuh.
Di Surabaya, Resolusi Jihad yang digelorakan Kiai Hasyim Asy’ari membakar semangat pemuda Indonesia melawan Belanda. Di Semarang, ketika pecah pertempuran lima hari di Semarang, para santri juga turut berada di garda depan perjuangan.
“Di tempat lainnya sama. Santri selalu terlibat aktif dalam peperangan melawan penjajah,” tutur Menag.
Pada masa ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka, santri juga tidak absen. Disebutkan bahwa KH. Wahid Hasyim, ayah KH Abdurrahman Wahid merupakan salah satu santri yang terlibat secara aktif dalam pemerintahan di awal-awal kemerdekaan. Dia, bersama santri-santri, dan tokoh-tokoh agama lainnya turut memperjuangkan kemaslahatan umat agama-agama di Indonesia.
Pasca kemerdekaan Indonesia, santri juga lebih semangat lagi memenuhi panggilan Ibu Pertiwi. Mereka tidak asyik dengan dirinya sendiri, tetapi terlibat secara aktif di dunia perpolitikan, pendidikan, sosial, ekonomi dan ilmu pengetahuan, selain juga agama.
“Catatan sejarah ini menunjukkan bahwa santri dengan segala kemampuannya bisa menjadi apa saja. Sehingga mengasosiasikan santri hanya dengan bidang ilmu keagamaan saja tidaklah tepat. Santri sekarang telah merambah ke berbagai bidang profesi, memiliki keahlian bermacam-macam, bahkan mereka menjadi pemimpin negara,” tegas Menag.
Menag meminta kepada santri, untuk tidak melupakan tugas utamanya menjaga agama dan selalu mengedepankan nilai-nilai agama di setiap perilakunya, meski bisa menjadi apa saja. Karene bagi santri, agama adalah mata air yang selalu mengalirkan inspirasi-inspirasi untuk menjaga dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.
“Menjaga martabat kemanusiaan atau hifdzunnafs adalah salah satu tujuan diturunkannya agama di muka bumi (maqashid al-syariah). Tidak ada satu pun agama yang menyuruh pemeluknya untuk melakukan tindakan yang merusak harkat dan martabat manusia. Sebagai insan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama, santri selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,” pesan Menag.
Terakhir, Menag menegaskan bahwa peringatan Hari Santri bukanlah milik santri semata. Hari santri adalah milik semua komponen bangsa yang mencintai tanah air, milik mereka yang memiliki keteguhan dalam menjunjung nilai-nilai kebangsaan. Maka sejak ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 2015, 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri.
“Santri senantiasa berprinsip bahwa menjaga martabat kemanusiaan adalah esensi ajaran agama. Apalagi di tengah kehidupan Indonesia yang sangat majemuk. Bagi santri, menjaga martabat kemanusiaan juga berarti menjaga Indonesia. Karena itu, saya mengajak semua masyarakat Indonesia, apa pun latar belakangnya, untuk turut serta ikut merayakan Hari Santri. Merayakan dengan cara napak tilas perjuangan santri menjaga martabat kemanusiaan untuk Indonesia,” tandasnya.(rum/iss)