Selasa, 26 November 2024

Pengamat Politik UGM Menilai Figur Ganjar dan Airlangga Diterima Kalangan Pemilih Muslim

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Airlangga Hartarto Menko Perekonomian dan Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah mengahadiri acara Yaqowiyu, di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (24/9/2021). Foto: istimewa

Nyarwi Ahmad pakar komunikasi publik dan pemasaran politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyorot wacana pengusungan Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah dan Airlangga Hartarto Ketua Umum Golkar oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Menurutnya, kalau duet Ganjar-Airlangga terwujud, itu merepresentasikan kelompok nasionalis dan juga kelompok Islam.

“Menurut saya, figur-figur seperti Pak Ganjar, Pak Airlangga kalau dilihat keduanya dari representasi partai yang identitas ideologinya kental nasionalis. Tapi, kalau kita lihat tidak bisa dengan kategori itu saja,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (20/10/2022).

Pandangan itu berdasarkan fakta hampir semua partai bernuansa nasionalis juga memiliki arah untuk mengakomodir kelompok Islam dengan membentuk organisasi sayap.

“Partai-partai pascareformasi dan partai nasionalis sejak Orde Baru berusaha merepresentasikan komunitas Islam. Sehingga, hampir di setiap partai punya organisasi sayap Islam. Cuma, hal itu sering kali tidak dipandang sebagai bentuk representasi umat Islam,” ungkapnya.

Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) itu juga melanjutkan, pasangan capres-cawapres memang tidak harus merepresentasikan kelompok tertentu.

“Sebenarnya tidak ada ketentuan dalam sejarah Indonesia calon presiden dan cawapres harus merepresentasikan kelompok, kategori partai nasionalis dan Islam, tidak ada. Tapi, ada semacam konsensus nasional figur rata-rata ya memang tidak hanya kategori nasionalis, karena juga mayoritas pemilih Umat Muslim biasanya kan ada kepantasan sosok yang mewakili Islam. Itu dianggap penting,” tambahnya.

Maka dari itu, dia menyebut wacana pemasangan Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto tidak mempunyai hambatan berat. Dia bilang, sejauh ini belum ada riset kredibel yang menunjukkan resistensi atau penolakan dari pemilih Islam terhadap kedua sosok tersebut.

“Menurut saya tidak ada kendala. Belum ada data riset juga yang sangat kredibel, yang menunjukkan ada pemilih dari kalangan Islam yang resistensinya tinggi atau mereka berdua mendapat resistensi tinggi dari kalangan pemilih muslim. Termasuk tidak ada misalnya bentuk-bentuk kebijakan yang telah dilakukan keduanya selama berkarir di politik yang bisa menunjukkan kebijakan yang merugikan umat Islam,” sambungnya.

Di sisi lain, pencalonan pasangan Ganjar-Airlangga akan menghadapi masalah ketika muncul isu dalam kampanye yang mengarah pada polaritas berbasis agama.

Pemilih Muslim menginginkan capres-cawapres yang lebih islami, bukan cuma sekadar beragama Islam.

“Artinya, peluang Ganjar dan Airlangga untuk diterima di kalangan pemilih Muslim masih sangat besar. Kecuali nanti dalam masa kampanye misalnya muncul isu-isu yang mengarah kepada polarisasi karena tuntutan figur capres-cawapres yang Islami. Itu balik lagi siapa yang nanti menjadi kompetitor,” tegasnya.

Sementara itu, Aditya Perdana Direktur Eksekutif Algoritma mengatakan, statemen Ganjar yang menyatakan siap maju pada Pilpres 2024, membuka peluang koalisi PDI Perjuangan dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

“Menurut saya, PDIP tidak akan maju sendirian mengusung capres meski punya hak dan kesempatan. Perspektif yang ingin dibangun PDIP bagaimana merangkul teman teman partai lain,” katanya.

Apalagi, lanjut Aditya, kedekatan antara PDIP dan KIB sudah terjalin selama dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Tentu sudah sejalan yang sudah punya pengalaman dan berinteraksi dengan PDIP, selama dua periode kepemimpinan Pak Jokowi. Dalam konteks itu, relevan membicarakan teman-teman di koalisi KIB,” tandasnya.(rid)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
29o
Kurs