Jumat, 22 November 2024

IMF Puji Ekonomi Indonesia, INDEF Ingatkan Pemerintah Tetap Waspada Ancaman Krisis

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan, Indonesia merupakan ‘titik terang’ di tengah ‘kesuraman’ ekonomi dunia.

Mereka melihat Perekonomian Indonesia bisa bertahan dari ancaman krisis, bahkan mampu tumbuh di saat negara-negara lain terhantam badai inflasi.

Walau begitu, Dzulfian Syafrian Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengingatkan Pemerintah harus tetap waspada. Karena, permasalahan global bisa menjalar ke Indonesia.

“Ketika global menurun, dampak ke Indonesia biasanya memang tidak separah yang lain khususnya negara-negara yang memang terintegrasi dengan perdagangan internasional. Di sisi lain, Indonesia yang masih mengandalkan perekonomian domestik relatif diuntungkan dengan kondisi global yang suram. Tapi, bukan tidak mungkin permasalahan global bisa menjalar ke Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Rabu (19/10/2022).

Dia memaparkan permasalahan ekonomi dunia antara lain perdagangan internasional, pelemahan ekspor dan terhambatnya impor, serta dari sektor keuangan seperti gejolak mata uang, pasar modal dan pasar surat utang.

“Gejolak di pasar keuangan akan menyebabkan fluktuasi. Volatilitas jadi semakin membesar yang membuat ketidakpastian menjadi lebih tinggi. Alhasil, perekonomian akan terhambat karena para aktor ekonomi baik produsen dan konsumen akan menunda keputusan ekonominya jual-beli, simpan-pinjam, investasi, dan lainnya. Ujung-ujungnya perekonomian nasional akan melambat,” ungkap Dzulfian.

Sebelumnya, IMF mengoreksi outlook pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 menjadi 2,7 persen dari sebelumnya yang diprediksi 2,9 persen pada Juli lalu. Sekarang, tercatat ada 28 negara yang meminta bantuan IMF.

Terkait berbagai ancaman ekonomi, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian mengatakan, Indonesia patut waspada dengan The Perfect Storm. Tapi, tetap harus optimis perekonomian bisa terus tumbuh.

“Ekonomi Indonesia mampu tumbuh mencapai 5 persen selama tiga kuartal terakhir, dan di kuartal ketiga dan keempat kami berharap pertumbuhannya bisa mencapai target 5,2 persen,” ucapnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (19/10/2022).

Lebih lanjut, Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar bilang, ketahanan Indonesia juga tercermin dari beberapa indikator yang tetap positif, seperti konsumsi dan investasi.

Selain itu PMI manufaktur juga tercatat mencapai 53,7 di September 2022, serta kredit perbankan yang masih tumbuh 10 persen per Juni 2022.

“Dari segi resiliensi eksternal, neraca transaksi berjalan dan perdagangan mencatatkan surplus. Januari hingga Agustus neraca perdagangan surplus 35 miliar Dollar AS. Demikian pula cadangan devisa dan rasio utang yang berada pada level aman,” tegasnya.

Sementara itu, Piter Abdullah Redjalam Direktur Eksekutif Segara Institute menilai, capaian ekonomi Indonesia dan apresiasi dari IMF akan memperbesar peluang modal asing masuk ke Indonesia.

“Testimoni IMF yang menyebut perekonomian Indonesia mampu bertahan bisa meningkatkan kepercayaan global. Hal itu diharapkan membantu masuknya modal asing ke Indonesia dan semakin memperkuat perekonomian Indonesia,” ucapnya.

Piter melanjutkan, resiliensi ekonomi Indonesia bertumpu pada konsumsi domestik yang diperkirakan terus membaik.

Selain itu, Indonesia juga tidak terlalu bergantung pada ekspor. Sehingga, Indonesia relatif lebih bisa bertahan dari gejolak ekonomi global dibanding negara lain yang bertumpu pada ekspor.

“Indonesia berbeda dengan negara-negara yang terlalu bertumpu kepada ekspor. Perekonomian Indonesia lebih bertumpu kepada konsumsi domestik yang diperkirakan akan membaik seiring meredanya pandemi,” katanya.

Walau Indonesia tidak bertumpu pada ekspor, ekonomi Indonesia juga terbantu dari tingginya harga sejumlah komoditas di pasaran internasional.

“Resesi global tentu akan menahan atau bahkan menurunkan harga komoditas. Tapi, tidak membuat harga komoditas jatuh. Masih akan tetap cukup tinggi dan menguntungkan Indonesia yang mengandalkan komoditas,” tegasnya.

Menurut Piter, kondisi perekonomian Indonesia sampai sekarang masih cukup baik. Dia juga yakin Indonesia mampu bertahan menghadapi resesi global, bahkan masih bisa tumbuh di atas 5 persen.

“Kalau pun Indonesia terkena dampak resesi global, diperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi melambat tidak bisa mencapai target di atas 5 persen. Itu skenario buruknya. Skenario terbaiknya, masih bisa tumbuh di atas 5 persen,” pungkasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs