Jumat, 22 November 2024

Ekonom Memprediksi Tren Surplus Perdagangan Indonesia akan Berlanjut

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Ilustrasi, belanja.

Faisal Rachman Ekonom Bank Mandiri mengatakan, surplus perdagangan masih akan berlanjut dengan tren yang terus menyusut atau mengecil. Hal itu dikarenakan impor akan terus mengimbangi ekspor di tengah percepatan pemulihan ekonomi.

“Saat ini nilai impor diperkirakan akan terus mengimbangi ekspor di tengah percepatan pemulihan ekonomi, yang menyebabkan peningkatan permintaan domestik, terutama untuk bahan baku dan barang modal impor di mana dua kelompok impor menyumbang sekitar 90 persen dari total impor,” ujarnya di Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Selain itu, Faisal bilang kebijakan pemerintah melonggarkan berbagai batasan juga salah satu faktor yang meningkatkan impor.

“Pelonggaran PPKM meningkatkan mobilitas masyarakat. Sehingga, meningkatkan impor minyak. Sementara itu, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas terlihat tertahan di tengah peningkatan ketakutan akan resesi global yang bersumber dari lonjakan inflasi. Itu bisa melemahkan permintaan global. Itu semua berisiko mengakibatkan melemahnya kinerja ekspor,” jelasnya.

Dari sejumlah harga komoditas yang terdampak, kata Faisal, permintaan komoditas berbasis nikel tetap tinggi. Dia optimistis surplus perdagangan masih akan berlanjut dengan tren yang terus menyusut atau mengecil dan berdampak baik untuk neraca transaksi berjalan.

“Komponen penyumbang surplus terbesar pada neraca transaksi berjalan adalah neraca barang yang sejalan dengan neraca perdagangan. Neraca dagang diperkirakan masih surplus sampai akhir tahun. Jadi, masih memungkinkan neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia memproyeksikan neraca transaksi berjalan 2022 berpotensi mencatat surplus sekitar 0,45 persen dari produk domestik bruto (PDB) dibandingkan 0,28 persen dari PDB tahun 2021.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2022 diperkirakan makin kuat, walau tertekan inflasi.

“Secara musiman pola konsumsi akan naik pada Q4 dan ditambah dengan pelonggaran PPKM dapat menjadi momentum. Tapi, memang kenaikan pertumbuhan bisa tertahan akibat tekanan inflasi,” papar Faisal.

Sebelumnya, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian mengklaim pemulihan perekonomian nasional tetap terjaga di tengah gejolak tantangan global. Hal tersebut seiring dengan perbaikan indikator pada berbagai sektor.

Salah satu sektor yang menunjukkan perbaikan signifikan yakni konsumsi dan investasi yang ditandai dengan menguatnya daya beli masyarakat, terjaganya indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penjualan eceran, terjaganya PMI manufaktur pada level ekspansi, serta kredit perbankan yang tumbuh di atas 10 persen sejak Juni 2022.

“Kerja sama semua pihak termasuk swasta, patut kita syukuri karena Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen selama 3 kuartal terakhir dan berharap di kuartal III dan IV mampu menargetkan pertumbuhan di atas 5 persen sehingga secara year on year di akhir tahun kita targetkan 5,2 persen,” ucapnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Sementara itu, Eko Listiyanto Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan terjaga.

“Sepertinya mungkin sedikit di bawah target. Kalau 5 persen saya masih optimistis itu masih bisa dicapai. Tapi, kalau 5,2 persen itu memang harus tumbuh cukup tinggi di triwulan tiga dan empat di tengah situasi ekspor sudah mulai kelihatan menurun, dampak dari eksternal global mulai terasa,” jelasnya.

Menurut Eko, implementasi kebijakan fiskal sebagai shock absorber yang dilakukan pemerintah memang cukup membantu. Tapi, perekonomian Indonesia disokong sektor swasta yang memainkan peran signifikan.

“Sebetulnya fiskal itu hanya berperan di bawah 10 persen dari total perekonomian. Perekonomian kita ebih banyak didorong faktor swasta. Kalau melihat profil sampai hari ini ya lajunya masih positif dan meningkat. Penjualan ritel juga masih tinggi, tren investasi juga positif,” imbuhnya.

Walau cukup aman, dia mengingatkan tahun depan kondisi perekonomian nasional akan mendapat tantangan cukup berat.

Beberapa negara besar yang menjadi mitra dagang utama Indonesia akan menggalami pelambatan ekonomi.

“Indonesia masih bisa bertahan. Tidak akan resesi, dugaan saya. Kecuali sangat ekstrem situasinya,” katanya.

Alasannya, lanjut Eko, perekonomian Indonesia lebih ditopang konsumsi domestik. Sehingga, ketika negara besar seperti China dan Amerika Serikat mengalami resesi, Indonesia masih bisa bertahan.

“Ekonomi Indonesia tergantung pada konsumsi masyarakat dalam negeri. Jadi, selama masyarakat dalam negeri masih konsumsi, masih belanja ya sebetulnya AS mau resesi, China mau resesi pun kita masih survive,” pungkasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs