Mengatasi sisa makanan 700 an orang penghuni Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya budidaya maggot dan lele. Sampah itu berasal dari sisa makam tiga kali sehari para Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), gelandangan hingga pengemis.
Mengatasi itu, Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya melalui UPTD Liponsos Keputih menginisiasi budidaya maggot dan ikan lele.
Imam Muhaji Kepala UPTD Liponsos Keputih Surabaya menyebutkan, budidaya maggot ini untuk menjawab keberadaan sampah dari sisa makanan para penghuni Liponsos yang mencapai sekitar 700 orang.
“Sisa-sisa makanan itu kan banyak selama ini kita buang, kadang ada yang diambil orang. Nah, dengan adanya budidaya maggot, sisa-sisa sampah organik, sisa makanan, kulit buah dan lain-lain itu dimanfaatkan untuk maggot,” kata Imam Muhaji, Kamis (13/10/2022).
Budidaya maggot di Liponsos Keputih itu sudah dilakukan sejak bulan Agustus 2022. Awalnya, telur maggot itu diambil dari budidaya milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya yang berada di Kebun Bibit Wonorejo.
“Dari sana kita tetaskan di sini, kita siapkan medianya. Dari telur jadi maggot kecil, sedang hingga besar. Dari besar ini kita tetaskan menjadi kepompong yang nanti menjadi black soldier fly (BSF) atau lalat hitam. Itu nanti akan bertelur dan siklus ini akan berulang terus,” terang Imam.
Untuk saat ini, Imam menyebut, hasil budidaya maggot digunakan pakan ikan lele yang ada di Liponsos Keputih. Terutama yang belum siap menjadi kepompong atau lalat.
“Harapannya kita bisa mengurangi sampah. Yang kedua juga ada nilai ekonomisnya, yang mana kita bisa memberikan pakan lele dan otomatis sampah-sampah itu juga nggak sembarangan terbuang,” ujar Imam.
Dalam sehari, Imam menjelaskan, total sampah yang dihasilkan dari ratusan penghuni Liponsos Keputih bisa mencapai 20 kilogram. Khususnya sampah sisa makanan bisa mencapai sekitar 7-10 kilogram.
“Jadi sampah kita kumpulkan dari masing-masing barak dibantu teman-teman klien yang ada sini nanti diberikan makan (maggot) pagi sama sore. Belum lagi ada sisa-sisa sayuran atau buah yang dari hasil sisa masak itu bisa untuk makan maggot,” paparnya.
Hasil budidaya maggot mau pun ikan lele ini, kata Imam, rencananya akan dijual. Tentu hasil penjualan akan diberikan kepada para penghuni Liponsos yang merawat maggot maupun lele tersebut.
“Yang pasti itu nanti juga menjadi apresiasi kepada teman-teman klien yang selama ini mereka merawat untuk itu (budidaya maggot),” imbuhnya.
Sementara Supriyanto salah satu penghuni Liponsos Keputih yang turut merawat budidaya maggot dan ikan lele menjelaskan awal dari proses budidaya maggot dan ikan lele tersebut.
“Awalnya kita ambil dari Kebun Bibit Wonorejo maggot yang kecil-kecil usia sekitar 5 hari. Itu kemudian kita kumpulkan sampah-sampah yang ada di dapur kita manfaatkan untuk makan maggot,” kata Supriyanto.
Setelah proses kurang lebih 20 hari, maggot kemudian dipilah. Maggot yang berwarna kuning digunakan pakan ikan lele. Sementara maggot berwarna hitam kembali dibudidayakan.
“Yang warna kuning masih belum warna hitam itu kita manfaatkan untuk makanan ikan lele. Selain ikan lele, bisa kita untuk berikan makan ayam,” ujarnya.
Supriyanto pun mengaku senang dengan adanya kegiatan budidaya maggot dan lele tersebut. Sebab, sampah sisa-sisa makanan yang selama terbuang dapat digunakan untuk pakan budidaya maggot.
“Senang karena kita bisa mengumpulkan sampah-sampah yang tadinya terbengkalai bisa kita manfaatkan untuk budidaya maggot. Kebetulan banyak sampah dari dapur sisa-sisa makanan dan sayuran yang mubazir jika tidak dimanfaatkan,” pungkasnya. (lta/ipg)