Jumat, 22 November 2024

Bank Dunia dan IMF Ingatkan Risiko dan Bahaya Nyata Resesi Global Tahun Depan 

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Foto Dokumen: Kristalina Georgieva Direktur Pelaksana IMF dan David Malpass Presiden Bank Dunia mengumumkan program bantuan Covid-19 pada konferensi pers di Washington. Foto: Reuters/Antara

David Malpass Presiden Bank Dunia dan Kristalina Georgieva Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF)  memperingatkan tentang meningkatnya risiko resesi global, sekaligus mengatakan inflasi tetap menjadi masalah yang berkelanjutan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

“Ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan,” kata Malpass dalam dialog dengan Georgieva pada pertemuan langsung pertama kedua lembaga itu sejak pandemi Covid-19 pada Senin (10/10/2022).

Mengutip pernyataan Ketua IMF, Malpass menjelaskan tentang pertumbuhan di negara-negara maju dan depresiasi mata uang di banyak negara berkembang, serta kekhawatiran inflasi yang sedang berlangsung.

Ketua IMF pekan lalu mengatakan pemberi pinjaman global itu akan menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan global 2,9 persen pada 2023 ketika merilis World Economic Outlook akibat guncangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, invasi Rusia ke Ukraina dan bencana iklim di seluruh benua.

Malpass turut mencatat bahwa aktivitas ekonomi melambat di tiga negara yaitu Eropa yang terpukul keras oleh harga gas alam yang tinggi, kemudian China di mana volatilitas perumahan dan gangguan Covid-19 menyeret turun pertumbuhan di negara tersebut, dan Amerika Serikat yang merasakan kenaikan suku bunga di berbagai sektor.

Perlambatan pertumbuhan di negara-negara maju, kenaikan suku bunga, risiko iklim dan berlanjutnya harga pangan dan energi yang tinggi sangat memukul negara-negara berkembang, kata kedua pemimpin itu. Sehingga keduanya menyerukan tindakan bersama untuk membantu negara-negara emerging markets.

Dalam kesempatan tersebut Georgieva juga menambahkan negara-negara ekonomi maju perlu mengendalikan bahaya besar dan menakutkan dari krisis utang, karena itu akan mempengaruhi semua negara, bukan hanya mereka yang memiliki beban utang tinggi.

“Bukan gambaran yang cerah. Tetapi jika kita bergabung, jika kita bertindak bersama, kita dapat mengurangi rasa sakit yang ada di depan kita pada 2023,” ujarnya seperti dikutip dari Antara.

Georgieva mengatakan IMF dalam minggu ini akan mengadvokasi agar bank-bank sentral melanjutkan upaya mereka untuk menahan inflasi, meskipun berdampak negatif pada pertumbuhan.

Jika mereka tidak melakukan cukup, “kita berada dalam masalah… Kita tidak bisa membiarkan inflasi menjadi kereta pelarian,” ujarnya.(ant/dfn/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs