Gelaran Surabaya Fashion Parade hari kedua, Jumat (7/10/2022) memamerkan busana muslim karya belasan desainer. Beragam model melenggang dengan balutan pakaian yang syarat akan makna.
Hikma Ramli salah satu desainer memamerkan pakaian tenun Mekongga asal Suku Tolaki, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Selain itu, ikon bunga anggrek yang menjadi ciri khas, anyaman sebagai mata pencaharian daerah, serta replika rumah adat suku itu dituangkan di setiap potongan busana.
“Pesan tersendiri agar anak-anak muda sekarang bahwa tenun itu peninggalan tradisional Indonesia tapi bagaimana kita membangkitkan selera anak muda akan style etnik bercampur modern,” kata Hikma pada suarasurabaya.net saat konferensi pers, Jumat (7/10/2022).
Desainer muda 25 tahun itu membuat semua unsur syarat makna itu dituangkan dalam bentuk busana elegan. Peragaan model-model di atas panggung semakin menguatkan kesan mewah pakaian miliknya.
“Karena setiap orang punya selera masing-masing termasuk etnik elegan yang saya angkat,” tambahnya.
Berbeda dengan Hikma, Sinta Damaranika Rubi, yang justru membuat pakaian muslim dengan sederhana namun menarik. Beberapa kain justru ditampilkan kusut.
“Kusut-kusutnya itu salah satu jenis bunga poppy dari Turki,” kata Sinta.
Bunga Poppy dipilih karena melambangkan kekuatan bertahan dalam kondisi tertentu. Itu sesuai dengan tema Synchronize yang dipilih Surabaya Fashion Parade 2022.
“Lambang dari orang yang lagi berjuang untuk hidupnya. Kusut-kusutnya itu lambang, jadi apa pun harus tetap berjuang,” tambahnya.
Desainer 23 tahun itu mengaku membutuhkan waktu 3 bulan sejak awal mendapat ide hingga jadi secara keseluruhan. Total 4 karyanya ditampilkan dengan warna putih perpaduan merah muda. (lta/iss)