Penguatan dolar di sesi Asia merombak perdagangan pada Kamis (6/10/2022) pagi, dengan dukungan dari data AS yang optimis dan komentar pembuat kebijakan yang hawkish, memungkinkan harga energi yang lebih tinggi menguntungkan mata uang eksportir dan merugikan mata uang importir.
Melansir laporan Antara, Dolar menguat 1,0 persen terhadap euro dan 1,3 persen terhadap sterling pada Rabu (5/10/2022) malam, dan mencoba mempertahankan kenaikan tersebut di awal perdagangan Asia. Euro kini telah melakukan dua upaya yang gagal untuk mendapatkan kembali keseimbangan minggu ini dan terakhir dibeli 0,9916 dolar. Rebound sterling dari rekor terendah telah berhenti tepat di bawah 1,15 dolar.
Mary Daly Presiden The Fed San Francisco, menegaskan kembali fokus pembuat kebijakan pada memerangi inflasi dan menepis harapan pasar untuk penurunan suku bunga pada 2023. Data yang ditunjukkan semalam menyebabkan industri jasa-jasa AS untuk membukukan ekspansi satu bulan lagi pada September , sementara angka pasar tenaga kerja solid dan defisit perdagangan menyempit.
“Saya pikir itu hanya mengingatkan orang bahwa Anda mungkin agak terlalu dini dalam mencoba menilai penurunan suku bunga di AS. Itu mendorong kenaikan suku bunga dan mendorong dolar AS,” kata Imre Speizer Ahli Strategi Mata Uang Westpac.
Dia menyebut, langkah agresif Federal Reserve (Fed) untuk mengendalikan inflasi telah menetapkan langkah bagi bank sentral di seluruh dunia.
“Ini satu perdagangan untuk seluruh dunia. Tidak ada suku bunga mata uang yang benar-benar bisa turun dan melakukan hal mereka sendiri secara mandiri,” kata Speizer.
Indeks dolar AS terhuyung-huyung 0,06 persen lebih rendah menjadi 110, 86 dari posisi terendah di dekat 110 dari awal pekan ini, meskipun agak jauh di bawah tertinggi 20 tahun minggu lalu di 114,78.
Sterling terakhir dibeli 1,1367 dolar, sedangkan dolar Australia dan Selandia Baru masing-masing naik sekitar 0,4 persen, membawa Aussie menjadi 0,6518 dolar AS dan kiwi menjadi 0,5772 dolar AS. Lebih lanjut, Yen telah bertahan stabil di 144,57 per dolar oleh risiko intervensi Jepang.
Kartel produsen minyak yang dipimpin Arab Saudi sepakat untuk memangkas produksi secara tajam pada Rabu (5/10/2022), mengangkat minyak mentah berjangka Brent ke level tertinggi tiga minggu di 93,99 dolar AS per barel.
“Harga energi yang lebih tinggi akan memiliki dampak yang jauh lebih langsung pada kawasan Eropa mengingat hubugan yang lebih langsung dengan keuangan mereka,” kata Jan Nevruzi Ahli Strategi NatWest Markets.
Bank Sentral Eropa akan merilis risalah dari pertemuan kebijakan bulan lalu pada hari ini. Pedagang juga menunggu data pasar tenaga kerja AS pada Jumat (7/10/2022) besok, untuk mengukur seberapa cepat dan jauh The Fed mungkin bersedia menaikkan suku bunga. (ant/tik/bil)