Sabtu, 23 November 2024
Tragedi Kanjuruhan

Cerita Yogi, Selamat dari Desakan Kerumunan dan Gempuran Gas Air Mata

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Yogi remaja usia 15 tahun yang menjadi korban dari insiden di Stadion Kanjuruhan Malang yang beruntung bisa selamat, Senin (3/10/2022). Foto: Istimewa.

Rasa duka masih menyelimuti keluarga dan kerabat korban kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur. Namun, beberapa di antara mereka masih mengucap syukur karena orang tercintanya masih bisa selamat dari tragedi kelam itu.

Yogi, remaja usia 15 tahun yang duduk di bangku SMP, jadi salah satu orang yang bisa selamat dari desakan kerumunan suporter dan gempuran gas air mata yang ditembakkan polisi ke arah tribun.

“Yang bikin luka itu sesak karena gas air matanya. Perih juga rasanya,” kata Yogi yang masih terbaring lemas saat ditemui di RSUD Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Senin (3/10/2022).

Yogi yang saat itu berada di tribun penonton menyaksikan sendiri saat petugas menembakkan gas air mata ke arah suporter yang di tribun. Akibatnya penonton langsung terpecah dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing.

Namun upaya menyelamatkan diri para suporter itu menjadi awal petaka bagi sesama suporter, yang tidak bisa bertahan dari desakan dan gas air mata. Yogi saat itu melihat para suporter banyak yang tidak bisa keluar.

“Gas air mata dikeluarkan ke tribun, lalu suporter yang keluar tidak bisa karena pintunya tertutup. Iya pintu nomor 11 stadion ditutup,” ujarnya.

Yogi yang saat itu berangkat bersama sembilan orang temannya tidak banyak mengingat setiap potongan peristiwa yang terjadi di dalam stadion. Yang dia ingat hanya kejadian yang begitu cepat dan desak-desakan.

“Yang saya ingat hanya desak-desakan, teman saya ada yang kejang-kejang dan ada juga yang pingsan,” tuturnya.

Sampai saat ini Yogi masih mendapat perawatan oleh pihak rumah sakit dalam proses pemulihan. Beruntung tidak ada luka yang dialami Yogi selain dampak gas air mata. Ia beruntung bisa lolos dari desakan dan gas air mata meski harus mendapat perawatan setelahnya.

Dari tragedi Kanjuruhan ini, semua orang harus belajar tentang rasa kemanusiaan. Namun beberapa pihak juga harus bertanggung jawab atas terjadinya tragedi ini.

Tepat kemarin setelah maghrib, Irjen Pol Dedi Prasetya Kadiv Humas Polri menyampaikan keputusan Jenderal Polisi Listyo Sigit Kapolri untuk mencopot AKBP Ferli Hidayat Kapolres Malang dari jabatannya.

Kemudian Irjen Pol Nico Afinta Kapolda Jawa Timur juga mencopot sembilan polisi yang bertugas sebagai Danyon, Danki, dan Danton Brimob Polda Jatim yang menembakkan gas air mata di dalam stadion.

Kemudian hasil pemeriksaan Inspektorat Pengawasan Umum Polri ada 28 anggota polisi yang diperiksa karena diduga melanggar Kode Etik Polri. Termasuk sembilan orang yang dicopot oleh Kapolda Jatim.(wld/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs