Kerusuhan yang terjadi di Gelora Delta Sidoarjo, setelah Persebaya menelan kekalahan dari Rans Nusantara 1-2 pada pertandingan pekan kesepuluh Liga 1 lalu, menyebabkan tim mengalami kerugian belasan miliar Rupiah.
Ram Surahman Sekretaris Persebaya Surabaya, membenarkan perihal kerugian itu. Ia menyebut angka Rp 5 miliar itu dari nilai promotion value yang diberikan kepada para sponsor.
“Sebagaimana diketahui, Persebaya memiliki lima sponsor musim ini, semuanya mendapatkan benefit dalam pertandingan. Mulai dari umbul-umbul, sampling produk, aboard, dan sebagainya,” ucapnya pada Selasa (27/9/2022).
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa benefit yang diberikan langsung kepada penonton tidak bisa diberikan lagi. Sampling produk, brosur, dan interaksi lainnya dengan fans hilang. Menurutnya, begitu juga dengan umbul-umbul, akan sia-sia dipasang jika tidak ada penonton.
”Dengan angka penonton Persebaya yang begitu besar, mendekati rata-rata 30 ribu per pertandingan di Gelora Bung Tomo, hitungan kerugiannya mencapai Rp 1 miliar setiap game. Jika lima game tanpa penonton kerugiannya Rp 5 miliar,” ucapnya.
Kerugian lainnya yakni dari pendapatan tiket penonton. Menurutnya, jika penonton sebanyak 25 ribu dalam satu game, seperti rata-rata penonton di GBT musim ini, kerugian bisa mencapai 9,4 miliar untuk lima game. Sebagai catatan, tiket pertandingan Persebaya saat ini Rp 75 ribu untuk ekonomi, dan Rp 250 ribu untuk VIP.
Selain itu, ada juga denda PSSI dan biaya perbaikan stadion Gelora Delta Sidoarjo. Ia mengatakan bahwa, total kerugian bisa melebihi Rp15 miliar.
“Kabarnya, rata-rata biaya klub liga 1 dalam semusim sekitar Rp 60 miliar. Artinya, kerugian akibat kerusuhan di Sidoarjo bisa menutupi seperempat kebutuhan tim satu musim,” tegasnya.
Sebelumnya, saat Azrul Ananda Presiden Persebaya mengumumkan pengunduran diri di depan Bonek, ia menyampaikan bahwa masa depan klub tergantung suporternya.
Kerusuhan suporter yang dialami Persebaya tidak hanya sekali ini. Pernah terjadi pada 12 Oktober 2017, ketika Persebaya kalah 0-1 dari Kalteng Putra di GBT pada babak 16 besar Liga 2 Grup C. Sebelumnya, pada bulan Mei, Bonek juga melakukan demonstrasi agar Iwan Setiawan dipecat setelah kalah dari tuan rumah Martapura FC.
Pada 2018 mess pemain menjadi sasaran demonstrasi. Bus tim yang sedang mengangkut pemain pulang dari laga away dilempari telur.
Pada 2019, Persebaya didemonstrasi setelah kalah dari Arema FC. Kantor Persebaya dan Persebaya Store mengalami vandalisme dan digembok suporter yang kecewa.
Di stadion, bahkan terjadi dua kerusuhan selama 2019. Pertama pada 19 Juni ketika Persebaya bermain imbang 1-1 melawan Madura United di babak delapan besar Piala Indonesia. Pertandingan dihentikan beberapa menit sebelum laga berakhir.
Kerusuhan di stadion kedua pada 2019 terjadi pada 29 Oktober. Waktu itu, Persebaya tertinggal 2-3 dari PSS Sleman dalam matchday ke-25. Suporter masuk ke lapangan, melakukan perusakan dan pembakaran.
Menurutnya, untuk memperbaiki stadion, Persebaya menghabiskan lebih dari 500 juta saat itu, dan juga terkena hukuman laga tanpa penonton sampai akhir musim.(ris/des/ipg)