Masuki era industri 4.0, transportasi jadi unsur penting penunjang kehidupan masyarakat, menanggapi itu PT Industri Kereta Api (INKA) gelar kuliah tamu bahas kereta cepat dikampus ITS, Selasa (6/11/2018).
Acara yang merupakan bagian dari program INKA Goes to Campus ini dihelat dalam rangka sosialisasi PT INKA kepada para mahasiswa tentang sebuah wujud transportasi masa depan.
Kuliah tamu bertema: Mengangkat tema Mewujudkan Mimpi Menuju Sarana Transportasi Masa Depan, memfokuskan bahasannya mengenai program kereta cepat Indonesia.
Sarana transportasi ini dianggap menjadi sebuah solusi masa depan dari berbagai masalah-masalah transportasi yang terjadi.
Selain mengatasi permasalahan transportasi, kereta cepat juga dibutuhkan disebabkan adanya transformasi budaya masyarakat modern.
Kecepatan dalam segala hal menjadi syarat utama untuk tetap dapat mengikuti zaman teknologi digital ini. Termasuk dalam hal transportasi yang menjadi penentu efisiensi aktivitas sehari-hari masyarakat.
Menurut Ir Noviantoro, Direktur Utama PT INKA, program kereta cepat ini hangat diperbincangkan di kalangan pemerintah. Imbauan untuk mengeksekusi program ini dalam waktu dekat terus diterima oleh PT INKA.
Pemerintah saat ini sangat menyoroti dan serius menggarap program ini. “Hal ini merupakan sebuah peluang besar bagi suksesnya mimpi transportasi masa depan,” terang Noviantoro.
Sayangnya, lanjut Noviantoro, hal ini tidak diimbangi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. Dibutuhkan banyak SDM profesional untuk turut berkontribusi membantu program kereta cepat ini. Noviantoro pun mengaku terus mengusahakan pemberdayaan SDM melalui beberapa programnya.
Noviantoro menuturkan bahwa sosialisasi seperti seminar di ITS ini akan terus diadakan nantinya. “Kami membutuhkan bantuan dari perguruan tinggi untuk melakukan berbagai riset untuk menunjang program ini,” tambah Noviantoro.
Turut hadir juga pada kuliah tamu ini, IDAA Warmadewanthi ST MT PhD., Dekan Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian (FTSLK) ITS, untuk memberikan sambutan pembukaan.
Warmadewanthi menuturkan bahwa mahasiswa diharapkan dapat mengetahui teknologi baru terutama yang tengah dikembangkan oleh PT INKA. “Guna meningkatkan keahlian yang ditekuni mahasiswa, diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak seperti halnya PT INKA ini,” kata Warmadewanthi.
Alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini menjelaskan bahwa ITS saat ini sudah berada pada Pendidikan Berbasis Laboratorium (Laboratory Based Education).
Ini berarti, ujung tombak pengembangan kurikulum institut berada pada aktivitas di dalam laboratorium. “Dengan hal ini, diharapkan pengembangan wawasan dan berbagai kerjasama dengan PT INKA ini dapat membantu berhasilnya sistem pendidikan tersebut,” terang Dosen Teknik Lingkungan ini.
Noviantoro kembali menerangkan bahwa program ini ditargetkan akan dimulai proses produksinya pada tahun 2025 mendatang.
Sedangkan peluncuran produk sebagai transportasi masal ditargetkan maksimal lima tahun setelahnya, yakni tahun 2030. Dengan ini, Noviantoro mengajak beberapa perguruan tinggi untuk meningkatkan riset berdasar bidang masing-masing.
ITS sendiri, lanjut Noviantoro, mendapat beberapa bidang khusus terkait risetnya untuk mendukung program ini. Diantaranya adalah review engineering design car body & instalasi komponen, review engineering desain jendela, review engineering desain bogie, serta review design sistem interior.
“Hasil riset inilah yang nantinya akan direalisasikan oleh PT INKA untuk menjadi produk utuh kereta cepat,” pungkas alumnus Teknik Sipil ITS itu.
Melalui seminar ini, diharapkan bisa menjadi wawasan baru bagi mahasiswa untuk dapat membantu berkontribusi mewujudkan kereta cepat di Indonesia.
“Melalui kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi, kami (PT INKA, red) berharap pada tahun 2030 masyarakat Indonesia sudah bisa menikmati kereta berkecepatan 300 hingga 400 km perjam,” pungkas Noviantoro.(tok/ipg)