Sabtu, 23 November 2024

Belasan Pelajar SMA di Surabaya Terlibat Baku Hantam, Dipicu Saling Sindir di Medsos

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Kompol Riki Donaire Kapolsek Wonokromo saat memberikan keterangan di Mapolsek, Jumat (23/9/2022). Foto: Wildan suarasurabaya.net

Sebanyak 17 siswa SMA di Surabaya terlibat baku hantam di Jalan Upa Jiwa Ngagel pada, Kamis (22/9/2022) sekitar pukul 23.00 WIB. Tindakan kekerasan ini diduga bermula karena saling sindir antara kedua sekolah lewat media sosial. Dalam insiden ini dua orang menjadi korban dengan luka di bagian wajah.

Kompol Riki Donaire Kapolsek Wonokromo menyampaikan, insiden ini berawal dari sindiran salah satu siswa SMA terhadap SMA lain. Kemudian masing-masing pihak yang berseteru sepakat untuk melakukan pertemuan dan membuat klarifikasi.

“Pada saat ketemu, mungkin ada permasalahan yang tidak selesai. Akhirnya dari kelompok pelaku ada yang melakukan pemukulan,” kata Riki saat ditemui di Mapolsek Wonokromo, Jumat (23/9/2022).

Riki melanjutkan, terkait adanya motif tawuran, pihaknya masih melakukan pendalaman lebih lanjut. Menurutnya, jika memang insiden tersebut adalah tawuran maka jumlah masing-masing kelompok biasanya imbang.

Sedangkan dalam kasus ini antar kelompok jumlahnya tidak seimbang, yaitu belasan melawan dua orang saja. Kata Riki, motif lain bisa jadi terungkap misalnya pengeroyokan.

“Itu yang masih kami dalami, karena dari segi jumlah tidak seimbang,” imbuhnya.

Saat ini belasan orang tersebut sudah diamankan kepolisian di Mapolsek Wonokormo. Motor para pelaku juga ikut diamankan. Dalam pengamanan ini, polisi tidak menemukan senjata tajam yang dibawa para pelaku.

Saat ini pihak kepolisian masih menunggu para orangtua pelaku untuk dipanggil. Hingga siang ini berdasarkan pantauan suarasurabaya.net belum ada satupun orang tua pelaku yang datang ke Mapolsek Wonokromo.

“Para orang tua masih ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, oleh karena itu mereka masih ditahan di sini,” kata Riki

Sementara itu terkait ranah hukum dalam kasus ini, Riki mengatakan bahwa harus ada laporan yang diteruskan ke polisi baru nanti akan ada proses hukum. Pihaknya juga masih menunggu keterangan dari orang tua korban.

“Akan tetapi, saat ini kami masih mengupayakan adanya mediasi dari kedua belah pihak serta masing-masing sekolah,” tuturnya.

Riki mengimbau kepada para pelajar supaya berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Dia menyebut bahwa perasaan tidak nyaman tidak perlu diungkapkan di medsos, karena tidak semua orang bisa menilai dalam perspektif yang postif.(wld/dfn)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs