Himpunan Desainer Mebel Indonesia Jawa Timur (HDMI Jatim) mengubah barang rongsokan menjadi bernilai estetik dan berdayaguna, yang dipamerkan dalam ajang Decorintex di Surabaya, Rabu (21/9/2022). Salah satunya sepeda angin tua yang disulap menjadi gantungan pakaian, aksesoris, hingga sepatu.
Ide itu, menurut Tri Novianto P. U. Ketua HDMI Jawa Timur (Jatim), memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar untuk bisa dipakai kembali.
“Ini produk seperti sepeda rongsokan. Melanjutkan produk mahasiswa yang mengambil velg ban sepeda jadi meja. Untuk lain-lainnya tidak disentuh, saya yang melanjutkan,” kata Tommy sapaan akrabnya saat ditemui suarasurabaya.net.
Gantungan multi fungsi itu terbuat dari stang sepeda angin tua yang dicat ulang dengan warna hitam. Disambungkan dengan kayu memanjang ke bawah, dengan beberapa sayatan halus untuk meletakkan barang.
Kemudian, bagian bawahnya ditambahkan seperti papan yang diapit dua roda sepeda kecil berwarna, senada bagian kanan dan kiri-nya. Tak lupa bagian lampu sepeda juga menyala warna kuning sebagai pelengkap.
“Bisa buat rak sepatu, gantungan tas, baju, lampu,” jelas Tommy.
Selain dipamerkan, barang unik bekas rongsokan itu juga dijual, dengan harga yang dibanderol kisaran Rp2-5 juta.
Inovasi itu kata Tommy, termasuk salah satu tren mebel atau desain interior yang sedang berkembang. Di mana menurutnya, selain material ramah lingkungan atau berbahan alam, produk-produk recycle juga menjadi daya tarik tersendiri.
“Kalau tren ini ngomongin tren dunia secara keseluruhan, pakai material ramah lingkungan. Kampanye-kampanye itu masih besar saya lihat, itu jadi peluang. Kita lihat di stand-stand di sini banyak mengggunakan material baru dari produk-produk recycle,” imbuhnya.
Produk recycle itu juga bisa jadi alternatif jika salah satu bahan alam, rotan, sulit ditemukan. Seperti barang-barang lainnya yang dipamerkan dalam stand milik HDMI, berbahan rotan.
“Rotan memang sudah lama booming, tapi sampai sekarang masih dipakai. Cuma, rotan ini di dunia, 80 persen itu terbesar dari Indonesia, tapi malah kita kesulitan. Separuh dari asosiasi kita, pakai rotan. Meski sulit tapi kita dapat, cuma tidak bagus,” imbuhnya. (lta/bil)