Oleh karena itu, Teten menyebut bahwa koperasi yang disebut sebagai sokoguru ekonomi nasional ini masih sebatas cita-cita, karena pada praktiknya koperasi belum menjadi kekuatan ekonomi nasional.
Menurutnya, saat ini koperasi di Indonesia masih didominasi sektor usaha jasa keuangan dan asuransi, sedangkan sektor produksi, seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan hanya berkontribusi sekitar 7 persen.
Seperti dilansir dari Antara, Rabu (21/9/2022), tantangan lain yang disebutkan Tetan dalam pengembangan koperasi ialah lemahnya sumber daya manusia, tata kelola koperasi yang belum menerapkan Good Cooperative Governance, serta ekosistem bisnis yang belum efektif.
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pada 2020, penduduk Indonesia yang terdaftar menjadi anggota koperasi hanya sekitar 8 persen dari total penduduk Indonesia.
Terdapat 127 ribu unit koperasi di Indonesia dengan total aset sekitar Rp250 triliun. Angka tersebut merupakan nilai yang cukup rendah jika dibandingkan dengan korporasi-korporasi besar.
Teguh Dartanto Dekan FEB UI mengatakan, koperasi bisa menjadi solusi dari ketimpangan sosial melalui skema pembiayaan partisipasi dari anggotanya.
“Seharusnya koperasi menjadi alat untuk bersama-sama saling berkolaborasi demi kemajuan bersama. FEB UI terus berkomitmen untuk membuat Koperasi menjadi mata kuliah yang kekinian, relevan, dan merupakan solusi atas permasalahan bangsa Indonesia,” ujar Teguh dalam kuliah umum “Peluang dan Tantangan Koperasi Menghadapi Ancaman Ekonomi Global” yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI), yang menghadirkan Teten Masduki.
Koperasi di Indonesia, menurut Teguh, masih memiliki berbagai tantangan untuk pengembangannya. Salah satunya ialah rendahnya produktivitas dan nilai tambah koperasi di Indonesia.(ant/des)