Mahasiswa Surabaya kembali menunjukan inovasinya dengan mengubah limbah serpihan kaca dan sampah masker menjadi perhiasan, hingga barang berdaya guna. Ide itu muncul dari keresahan atas banyaknya jumlah sampah yang tidak diolah.
Athalia Michelle Sutawijaya misalnya, yang memilih mengolah limbah kaca menjadi perhiasan seaglass untuk tugas akhirnya. Perhiasan berbahan seaglass itu memanfaatkan serpihan kaca di pantai selama lima sampai 50 tahun hingga halus secara alami.
“Saya sangat terdorong memanfaatkan limbah kaca untuk menjadi produk yang bernilai lebih bahkan bisa menjadi tambahan penghasilan. Sekaligus saya ingin mengurangi limbah yang ada di pantai,” rinci mahasiswa UK Petra kelahiran Denpasar itu, Rabu (14/9/2022).
Bahan baku yang diperlukan, adalah pantai berkarang atau berbatu, untuk kemudian diproses menjadi perhiasan “Saya mendesainnya seaglass ini menggunakan copperwire yang menghasilkan tiga produk, yaitu kalung, gelang dan cincin dengan brand bernama Sela Jewelry,” tambahnya.
Kemudian, perhiasan itu ia beri nama brand “Sela Jewelry” dengan desain yang simpel dan mengikuti tren. Ia juga memamerkan produk yang telah berjalan dan dipasarkan secara online. Usaha yang dimulainya sejak sekitar bulan April 2022 ini telah berhasil menjual sebanyak 17 kalung, 10 gelang dan 14 cincin.
Tidak hanya Athalia. Olivia Tantiono yang juga salah satu mahasiswi UK Petra, melihat masalah meningkatnya sampah masker sejak pandemi Covid-19 menjadi alasannya untuk berinovasi.
“Meningkatnya penggunaan masker sekali pakai di Indonesia bahkan di dunia. Dilansir dari The Independent (12/3/2021), berdasarkan data rata-rata penggunaan masker oleh manusia sekitar 2,8 juta masker permenit. Data itulah yang semakin menguatkan niat saya untuk mengelola sampah masker minimal yang ada di rumah atau pun lingkungan tempat tinggal saya. Yang saya gunakan bukan termasuk kategori limbah masker di Fasyankes. Akan tetapi masker yang masuk kategori limbah domestik,” kata Olivia Tantiono.
Sampah masker itu diubahnya menjadi benda multifungsi berupa stool atau tempat duduk, sekaligus meja dan lampu.
Olivia memulai dengan mengumpulkan masker bekas pakai dari lingkungan sekitar, untuk kemudian dicuci bersih dan dijemur. Selanjutnya diolah, kemudian siap dijadikan hiasan untuk benda lain.
“Saya sudah mencoba berbagai metode, kurang lebih 20 kali. Tetapi pada akhirnya untuk memperoleh hasil maksimal maka saya menggunakan teknik press heat dan material komposit lem serta serbuk masker,” tambahnya.
Diketahui, Inovasi duam mahasiswi ini merupakan karya Tugas Akhir (TA) dalam wisuda ke-82 UK Petra yang merupakan hasil dari Outcome Based Education-Leadership Enchancement Program (OBE-LEAP) UK Petra jenis “Research and Innovation” yang sejalan dengan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). (lta/bil)