Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (8/11/2018) pagi, melemah tipis sebesar enam poin menjadi Rp14.600 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.594 per dolar AS.
“Penguatan rupiah sedikit tertahan karena penguatan tajam dalam beberapa hari terakhir,” kata Lana Soelistianingsih Ekonom Samuel Aset Manajemen di Jakarta, Kamis (8/11/2018), dilansir Antara.
Lana menambahkan nilai tukar rupiah tercatat telah mengalami penguatan sekitar 580 poin dalam beberapa hari terakhir ini. Penguatan rupiah yang cukup tajam itu merupakan kombinasi antara faktor global dan domestik.
Ia mengemukakan di antara faktor global yang memberikan sentimen positif bagi mata uang rupiah diantaranya kemenangan partai Demokrat pada “midterm election” di DPR AS, dan potensi kesepakatan perdagangan antara AS-Tiongkok di akhir November ini.
Sedangkan faktor domestik, lanjut dia, salah satunya didukung oleh penerapan instrumen DNDF (Domestic Non Delivery Forward), dan penilaian posisi kurs rupiah yang tidak wajar (overshooting) ketika menembus Rp15.000 per dolar AS.
Kendati demikian, ia mengatakan, penguatan rupiah perlu pengujian lebih lanjut ketika nanti Bank Sentral AS (the Fed) menaikkan suku bunganya satu kali lagi pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Desember.
“Biasanya pertemuan FOMC itu diikuti dengan penguatan dolar AS,” katanya. (ant/nin/ipg)