“Mulai dari yang ringan seperti ada rasa nyeri saat pertama kali disuntikan sampai berat. Yang paling berat, yang pernah saya baca itu nyeri otot, kelemahan otot. Namun berdasarkan laporan, hanya beberapa saja yang mengalami gejala tersebut,” kata Hanny, seperti dikutip Antara, Selasa (13/9/2022).
Namun, Ia mengatakan bahwa sebaiknya masyarakat tidak perlu takut mengalami kejadian pasca imunisasi. Karena menurutnya, vaksin ini dibutuhkan tubuh demi memberikan perlindungan dari infeksi virus penyebab cacar monyet.
Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu memperkirakan bahwa batch awal vaksin cacar monyet dari Bavarian Nordic, perusahaan bioteknologi asal Denmark akan tiba pada akhir Oktober 2022 mendatang.
Menurut Hanny, IDI dalam tahap finalisasi mengeluarkan rekomendasi terkait pemberian vaksin. Saat ini, satu rekomendasi yang sudah dikeluarkan yakni vaksin dipilih agar dapat digunakan untuk seluruh populasi berusia lebih dari 18 tahun dan ibu hamil.
Hanny mengatakan, sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin cacar monyet sementara ini diberikan pada populasi terbatas yakni tenaga medis, mereka yang berkontak dengan pasien cacar monyet dan populasi orang yang melakukan kontak seksual berganti-ganti pasangan.
“Kita harus bijaksana untuk mengindikasikan kepada siapa sebetulnya kita berikan vaksin, karena dari WHO belum ada arahan untuk memberikan vaksinasi kepada seluruh masyarakat,” kata Hanny.
Vaksin cacar monyet nantinya memberikan suatu antibodi yang dihasilkan tubuh. Hanny mengatakan, vaksin tidak mencegah supaya terjadi manifestasi klinis cacar monyet, tetapi melindungi diri dari beratnya infeksi dan mencegah komplikasi.
Untuk informasi di Indonesia, satu kasus cacar monyet terkonfirmasi pada seseorang yang berusia 27 tahun dengan riwayat bepergian ke negara, yang sudah terkonfirmasi dengan kasus cacar monyet.
“Di situlah pintu masuknya, jadi ada kunjungan ke lokasi yang ada kasus terkonfirmasi,” pungkas Hanny. (ant/des/ipg)