Sabtu, 23 November 2024

Unicef: Imunisasi Anak Perlu untuk Bangun Kekebalan Kolektif

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Arie Rukmantara Chief of Field Office Unicef Java, saat mengudara menjelaskan pentingnya Bulan Imunisasi Anak di studio Suara Surabaya Senin (12/9/2022). Foto: Billy suarasurabaya.net

Bulan Imunisasi Anak Nasional yang dilaksanakan di Pulau Jawa, mulai 1 Agustus sampai 13 September 2022, saat ini tercatat memiliki presentase cakupan yang sudah sangat tinggi. Adapula di Jawa Timur (Jatim) presentase cakupan imunisasi anak-nya sudah 93,47 persen, hanya kalah dari Jakarta yang sudah 95 persen.

Arie Rukmantara Chief of Field Office Unicef Java mengatakan, setiap provinsi di Indonesia standartnya harus memiliki capaian imunisasi pada anak sebesar 95 persen, yang tujuannya untuk menimbulkan kekebalan kolektif.

“Jadi semisal lima persen anak di provinsi itu tidak bisa di Imunisasi karena kondisi tertentu seperti disabilitas atau auto imun, kita masih ada 95 persen lainnya yang bisa (diimunisasi). Nah 95 persen yang bisa tadi, secara tidak langsung bisa menciptakan kekebalan kolektif yang juga bisa melindungi lima persen sisanya,” jelas Arie pada suarasurabaya.net, Senin (12/9/2022) malam.

Ia merasa optimis, Jatim bahkan seluruh wilayah pulau Jawa imunisasinya bisa mencapai 95 persen. Apalagi menurutnya, Bulan Imunisasi Anak Nasional akan diperpanjang sampai 30 September 2022, untuk memastikan agar tiga provinsi punya populasi penduduk dengan jumlah besar, bisa mencapai 95 persen.

Sementara itu, Arie menjelaskan jika ada beberapa kendala soal kenapa beberapa wilayah tidak kunjung bisa mencapai 95 persen cakupan imunisasinya. Salah satunya yakni orang tua di wilayah-wilayah tersebut yang tak kunjung membawa anak-anaknya untuk diimunisasi, karena informasi yang beredar dan diterima orang tua lebih banyak seperti Pandemi, kenaikan harga pokok dan lain sebagainya.

“Jadi kita juga tidak bisa memastikan info mana yang akan orang tersebut tindaklanjuti, yang menurutnya memang harus diutamakan,” ungkapnya.

Kedua, Arie menyampaikan adanya mis persepsi dari masyarakat, bahwa imunisasi pada anak berkaitan dengan vaksinasi Covid-19. Pemikiran tersebut yang memurutnya harus diluruskan dan diberi klarifikasi.

Ketiga, yakni permasalahan kesibukan orang tua di beberapa kota besar, seperti Malang, Surabaya, dan sebagainya yang tidak sempat mengantarkan anaknya untuk diimunisasi. Sehingga, menurutnya pos imunisasi harus dibuka sampai malam atau sampai akhir pekan.

“Bahkan anak-anak ada yang baru pulang sekolah aja siang jam satu atau jam dua. Padahal layanan imunisasi tidak buka sampai jam segitu. Makanya, kalau bisa harus diperpanjang dan dipastikan dilaksanakan di tempat terbuka seperti mall, taman bermain dan tempat lainnya yang memang jadi jujukan keluarga, jadi sekalian berlibur sama imunisasi,” jelasnya.

Selain ketiga permasalahan itu, Arie juga mengungkapkan jika masyarakat saat ini cenderung merasa sehat dan bisa bebas dari penyakit akibat virus, seperti cacar air, polio dan sebagainya. Banyak yang mengira, bahwa dengan orang tua atau pendahulunya sudah diimunisasi atau divaksinasi agar bebas dari penyakit-penyakit tersebut, maka dia tidak perlu mendapat hal serupa.

“Padahal imunisasi dan vaksinasi itu penting. Agar ke depan itu tidak muncul lagi penyakit-penyakit serupa atau justru berevolusi menjadi penyakit-penyakit baru seperti pandemi kemarin, karena daya tahan tubuh yang tidak sekuat orang-orang yang sudah diimunisasi dan divaksinasi,” pungkasnya (des/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs