Sabtu, 23 November 2024

Marak Kasus Bunuh Diri 2 Pekan Terakhir, Pakar: Usia Produktif Paling Rentan Jadi Korban

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi tali yang digunakan untuk bunuh diri.

Maraknya kasus bunuh diri beberapa waktu ini di wilayah Jawa Timur (Jatim), baik yang masih berupa percobaan maupun sudah terjadi, banyak menimpa warga dengan rentan usia rata-rata 20 sampai 40 tahun.

Mulai periode akhir Agustus 2022 sampai dengan awal September, tercatat ada lima kasus bunuh diri yang dilaporkan atau diberitakan di beberapa wilayah Jatim. Terbaru, seorang pria yang berprofesi sebagai perawat Rumah Sakit berinisial GRD (30), ditemukan gantung diri di pintu kamar mandi sebuah rumah, di kawasan Jalan Wonorejo Selatan, Rungkut Surabaya, pada Sabtu (10/9/2022) lalu.

Berdasarkan keterangan saksi, Kepolisian yang menangani kasus tersebut menjelaskan jika yang bersangkutan mengakhiri hidupnya karena adanya tekanan penagihan pinjaman online (pinjol) dari salah seorang debt collector.

Dokter Damba Bestari Psikiater dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) menyebut, bahwa penyebab yang bersangkutan mengakhiri nyawanya bisa jadi bukan hanya karena teror dari debt collector.

“Bisa jadi yang bersanggkutan itu meninggal karena ada permasalahan lain. Harus dilihat juga korban (bunuh diri) ini support system-nya kaya gimana? dukungan moral dari keluarganya seperti apa? Kemudian apa punya penyakit/gangguan kesehatan mental sebelumnya? Jadi kalau belum jelas, faktor (meninggal karena) tagihan ojol ini sekali lagi belum bisa jadi faktor tunggal, dan bisa jadi hanya faktor pendukung,” ujarnya pada suarasurabaya.net, Senin (12/9/2022).

Donna sapaan Psikiater FK Unair mengungkapkan, gangguan kesehatan mental yang membuat seseorang ingin melakukan bunuh diri justru seringkali menyerang rentan usia produktif, yakni di kisaran 20 sampai 40 tahun. Faktor risiko yang jadi pemicu, selain tekanan dari keluarga, yakni aspek ekonomi, psikososial (aspek psikologis dan sosial seseorang), tekanan/permasalahan keluarga, serta tuntutan ekspektasi dan gaya hidup.

“Apalagi kalau hidup di perkotaan, ada tuntutan untuk selalu over produktif. Kalau tekanan tersebut tidak diimbangi self care yang baik, maka itu bisa jadi faktor risiko pemicu (bunuh diri),” jelasnya.

Faktor risiko di usia produktif itu, kata dia, berlaku juga untuk seseorang yang masuk kategori sandwich generation. Untuk diketahui, sandwidch generation merupakan kondisi di mana seseorang harus menanggung hidup tiga generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya.

Delegasi Indonesia untuk International Association for Suicide Prevention itu juga mengungkapkan, jika saat ini tingkat awareness terkait terganggunya kesehatan mental yang bisa mengarahkan seseorang mengambil langkah bunuh diri, masih belum dianggap sebagai penyakit yang perlu penanganan secepatnya. Selain rentan usia 20 sampai 40 tahun, generasi usia di atasnya juga harus mendapatkan konseling terkait pentingnya menjaga kesehatan mental.

“Kebanyakan pasien saya itu mengaku kalau periksa kesehatan mental itu sembunyi-sembunyi dari keluarganya. Karena beberapa juga bilang kalau sama pihak keluarga, gangguan kesehatan mentalnya itu masih dikaitkan dengan faktor iman dan kurang berdoa. Jadi kesehatan mental masih punya stigma jelek,” ujarnya.

Sementara untuk fenomena anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kota Surabaya, yang beberapa waktu lalu meninggal diduga karena bunuh diri, Donna menjelaskan jika dugaan tersebut bisa jadi benar.

Dia menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus termasuk golongan rentan/berisiko terserang gangguan mental berat. Hal ini dikarenakan ABK masuk dalam kategori minoritas, sehingga seringkali terisolir dan mendapatkan bully (perundungan) dari lingkungan sekitarnya.

“ABK itu justru seringkali susah mengekspresikan diri. Kalau tidak tertangani (tidak didampingi) bisa jadi mengarah ke bunuh diri. Selain itu tidak semua (mohon maaf) yang Autis itu IQ-nya rendah. Mereka justru seringkali IQ-nya lebih tinggi dari orang normal pada umumnya,” jelasnya.

Di akhir, Donna juga mengimbau agar masyarakat lebih peduli terhadap teman atau anggota keluarga yang terindikasi mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, dia meminta agar masyarakat jangan sampai membuat yang bersangkutan jadi semakin merasa tidak nyaman karena rasa keingin tahuan kita.

“Jadi kalau mereka belum mau cerita, kita cukup mendampingi saja, jangan sampe kepo berlebihan sampai mereka tidak nyaman. Tapi kalau yang bersangkutan sudah berlebihan dan kita punya bukti kalau mereka suka bawa-bawa sajam dan sifatnya menyimpang dan membahayakan, sebaiknya kita lapor ke instansi atau faskes terdekat, karena sudah menyangkut nyawa,” pungkasnya.

Sebagai informasi, dalam kurun waktu akhir bulan Agustus sampai dengan awal September 2022, suarasurabaya.net berhasil menghimpun kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri sebagai berikut:

– Seorang ibu di Kediri ditemukan lemas tidak sadarkan diri di sebuah kolam di belakang rumahnya, Senin (29/8/2022). Sang ibu tersebut, diduga mencoba bunuh diri, setelah sebelumnya membunuh anaknya sendiri karena dianggap sebagai beban.

– Seorang tahanan pria di Mapolsek Tambak Sari, Surabaya, ditemukan tidak bernyawa dengan kondisi bagian leher tergantung engsel pintu salah satu ruangan, pada Jumat (2/9/2022). Kepolisian menduga yang bersangkutan bunuh diri, setelah sehari sebelumnya selesai menjalani pemeriksaan kasus pencurian.

– Seorang dokter asal Gresik ditemukan tewas gantung diri di sebuah kontrakan, di kawasan Malang, Selasa (6/9/2022). Korban diketahui sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Brawijaya. Sampai saat ini, masih belum diketahui motif korban mengambil tindakan bunuh diri tersebut.

– Seorang pria asal Jakarta, yang berdomisili di kawasan Pakal, Surabaya, ditemukan tewas tergantung di bawah pohon di kawasan Menganti Gresik, Kamis (8/9/2022). Tidak jauh dari lokasi korban, ditemukan sebuah surat berisikan permintaan maaf kepada keluarga didalam mobil yang bersangkutan.

– Seorang pria yang berprofesi sebagai perawat, ditemukan meninggal karena bunuh diri di pintu kamar mandi sebuah rumah kawasan Jalan Wonorejo Selatan, Rungkut Surabaya, Sabtu (10/9/2022). Kepolisian yang menangani kasus tersebut menjelaskan jika yang bersangkutan mengakhiri hidupnya karena adanya tekanan penagihan pinjaman online (pinjol) dari salah seorang debt collector. (bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs