Jumat, 22 November 2024

Ekonom Menilai Inflasi Pascakenaikan Harga BBM Bisa Terkendali Kalau Stok Pangan Aman

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Proses bongkar muat beras di Gudang Bulog Divisi Regional Jawa Timur, Buduran. Foto: Dokumen suarasurabaya.net

Faisal Rachman Ekonom Bank Mandiri mengungkapkan sektor energi dan pangan menjadi penyumbang terbesar kenaikan inflasi.

Menurutnya, pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, diperlukan kebijakan untuk meminimalisir dampak kenaikan tersebut. Salah satunya, menjaga ketersediaan stok pangan di masyarakat.

“Sumber inflasi sampai Agustus 2022 ada di energi dan pangan. September 2022, energi akan naik seiring penyesuaian tarif BBM. Untuk meminimalisir dampak itu, inflasi pangan harus turun,” ujarnya di Jakarta, Senin (5/9/2022).

Dengan demikian, langkah Pemerintah untuk memperkuat stok pangan usai kenaikan BBM bersubsidi bisa membantu menekan angka inflasi.

Faisal menerangkan, kalau inflasi pangan bisa dikendalikan, maka akan berpengaruh pada kenaikan inflasi secara umum.

“Jika berhasil dilakukan memang inflasi umum naiknya akan cenderung terkendali,” katanya.

Pengendalian inflasi pangan, lanjut Faisal, bukan cuma penting bagi upaya menekan inflasi secara umum. Tapi, juga untuk menjaga daya beli masyarakat.

“Pengendalian inflasi pangan sangat penting karena pangan adalah kebutuhan pokok. Sehingga, akan berkaitan erat dengan daya beli,” tegasnya.

Dia memperkirakan kenaikan harga ketiga jenis BBM berisiko memangkas pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan semester pertama 2022, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,23 persen didukung naiknya mobilitas setelah pelonggaran PPKM, bansos dari Pemerintah, dan kinerja ekspor yang tinggi di tengah naiknya harga komoditas unggulan.

“Dengan demikian, kami masih melihat ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran 5 persen secara full-year pada tahun 2022,” ungkapnya.

Kenaikan harga BBM, sambung Faisal, juga akan memicu naiknya inflasi karena dampak langsung dan dampak lanjutan pada inflasi seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan sebagian harga barang dan jasa lainnya pula.

“Inflasi akhir 2022 diprediksi berada pada kisaran 6,27 persen. Angka itu sudah memperhitungkan inflasi pangan yang cenderung terkendali walau sudah memasukan dampak pengaruh inflasi BBM ke pangan karena terkait distribusi,” ucapnya.

Sebelumnya, Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian menegaskan Penerintah terus memonitor dan mengevaluasi penerapan kebijakan pangan nasional supaya sesuai dengan kondisi terkini. Salah satunya, melakukan penguatan stok beras.

“Dalam Rakortas diputuskan yang pertama tentang kebijakan pembelian gabah/beras petani dengan fleksibilitas harga, dan yang kedua adalah Badan Pangan Nasional menugaskan kepada Perum Bulog dalam rangka penguatan stok CBP untuk melakukan pembelian gabah/beras dengan menggunakan fleksibilitas harga,” ujarnya waktu memimpin Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Kebijakan Pangan, Jumat (2/9/2022), di Jakarta.

Airlangga menjelaskan, pada bulan Agustus 2022, bahan makanan mengalami deflasi 2,64 persen (month to month).

Secara rinci, komoditas bahan makanan yang memberikan andil deflasi pada bulan Agustus 2022 adalah Bawang Merah 0,15 persen, Cabai Merah 0,12 persen, Cabai Rawit 0,07 persen, Minyak Goreng 0,06 persen, Daging Ayam Ras 0,06 persen, Tomat 0,03 persen, Ikan Segar, Jeruk dan Bawang Putih masing-masing 0,01 persen.

Sementara, komoditas yang memberikan andil dalam inflasi yaitu Telur Ayam Ras dan Beras masing-masing 0,02 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat inflasi IHK (indeks harga konsumen) pada Agustus 2022 mencapai 4,69 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya 4,94 persen (yoy).

Rusli Abdullah Peneliti INDEF menyebut, Pemerintah harus memberikan harga yang layak untuk gabah petani.

“Bulog, Pemerintah harus turun untuk memastikan harga pembelian Bulog sesuai HPP (Harga Pokok Penjualan), kalau seandainya petani mau menjual ke pembeli lain di atas HPP itu hak petani,” katanya.

Rusli berpendapat, kenaikan harga akibat dampak kenaikan harga BBM tidak akan jauh karena harga bahan pangan seperti telur dan gandum sudah naik sebelumnya.

“Sebenarnya sudah naik dari bahan olahan, gandum, telur, ditambah komponen di transportasi. Berapa kenaikannya? Ini tidak separah kalau seandainya kenaikan harga pakan naik sekian persen,” sebutnya.

Maka dari itu, Pemerintah perlu memainkan peran dalam menjaga ketersediaan bahan pangan, khususnya beras.

“Ada dua pihak, petani pengen harga tinggi, produsen pengen harga terjangkau,“ kata Rusli.

Walau sekarang ada kritik kepada Pemerintah karena menaikkan harga BBM, Rusli mengatakan, hal itu tidak akan berlangsung lama.

“Dalam satu dua bulan akan ada adjustment, ada titik keseimbangan baru. Saya kira untuk mencapai keseimbangan baru, tentu ada yang terdampak, artinya masyarakat bagian bawah,” sebutnya.

Kemudian, sebelum menaikkan harga BBM, Presiden sudah membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk membantu masyarakat rentan menghadapi kenaikan harga BBM.

“Pemerintah sudah menyiapkan BLT sebagai bumper. Namun, bagaimana implementasinya di lapangan, BLT harus tepat sasaran.” pungkas Rusli.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs