Tim Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mengukir prestasi. Kali ini, tim mahasiswa Departemen Arsitektur ITS berhasil meraih Juara II pada ajang bergengsi “Sayembara Desain Arsitektur” oleh Kreature bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, dengan karya “Ampel Connecting Hub”.
Sayembara ini ditujukan untuk menggali desain arsitektur terbaik mengenai pembangunan kawasan penunjang Wisata Religi Makam Sunan Ampel. “Masih banyak fungsi yang kurang dimaksimalkan pada kawasan tersebut, ide-ide fresh dari anak bangsa sangat diperlukan,” kata Dr. Eng Didit Novianto dosen pembimbing tim dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, Minggu (28/8/2022) pagi.
Didit mengaku bangga dengan capaian mahasiswanya meski hanya dikerjakan kurang dari sebulan. Diungkapkannya, salah satu tantangan yakni terkait status Ampel sebagai area bersejarah yang perlu dijaga, sehingga boleh dilakukan perbaikan dari segi fungsi namun tidak dari fisiknya.
Tak hanya itu, Didit juga menjelaskan bahwa tantangan tersebut perlu diolah dengan pertimbangan desain yang lebih modern, untuk meningkatkan minat kunjungan. Ia mengaku, beberapa hal akan dilakukan evaluasi ke depannya untuk menyempurnakan gagasan tersebut. “Harapannya, desain ini dapat menjadi salah satu masterplan dalam ide pengembangan Ampel oleh Pemkot Surabaya ke depannya,” ujarnya.
Tim yang terdiri dari Kresentia Ivena Kristanti, Farrel Adyuta Wiratama, dan Bonaventura Rah Abisca ini menyulap area bekas Rumah Potong Hewan (RPH) menjadi sebuah situs yang fungsional melalui desainnya.
Farrel Adyuta Wiratama menjelaskan, terdapat tiga konsep utama dalam karyanya, yakni Local Community, Connectivity, dan Sustain. Tiga konsep ini, kata dia, mengantarkan tim untuk menghasilkan berbagai desain inovatif. Pertama, area RPH diubah menjadi kawasan edukatif berupa museum. Selanjutnya, tim juga menghadirkan terminal sebagai salah satu pusat transportasi umum.
“Rencananya, terminal dibangun terlebih dahulu untuk memberikan akses mudah bagi para pengunjung,” papar Yuta sapaan akrabnya.
Melengkapi pemaparannya, tim juga menyediakan desain area komersial yang sebelumnya merupakan bekas kandang sapi, menjadi area yang dapat digunakan warga sekitar untuk menjajakan makanan dan minuman hingga oleh-oleh khas. “Desain ini dimaksudkan agar mampu menghidupkan area-area potensial yang sebelumnya belum digunakan,” lanjutnya.
Mahasiswa angkatan tahun 2019 ini menambahkan, pada tahap seleksi, terdapat beberapa hal yang disebutkan menjadi keunggulan dari desain tim ini. Yuta mengungkapkan, Hijjas Kasturi salah satu juri mengapresiasi tinggi kesan simplicity dalam penataan yang dihadirkan. Hal ini terlihat dari sistem penataan arsitektur yang mudah dipahami serta hubungan antarruang yang harmonis dan indah. (bil/ipg)