Pemerintah Kota Surabaya sejak tahun 2020 lalu tengah melakukan revitalisasi dengan konsep waterfront, di Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran. Revitalisasi yang ditargetkan selesai tahun 2023 tersebut, dilakukan di lima blok secara simultan dengan goals (tujuan) merepresentasikan THP sebagai wisata bahari unggulan Kota Pahlawan.
Wiwiek Widayati Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Kadisbudporapar) Kota Surabaya mengatakan, tentunya langkah ini diharapkan bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar, dengan dilibatkannya mereka dalam revitalisasi tersebut.
“Artinya harus jadi peluang ekonomi warga sekitar, karena itu tujuannya sejak awal. Contohnya, warga yang punya UMKM produknya bisa ditawarkan sebagai souvenir, kemudian nelayan di sana bisa menyewakan perahunya pada pengunjung untuk ke destinasi-destinasi tertentu. Bahkan, warga sekitar saja juga bisa kita lakukan pembinaan untuk jadi tour guide,” ujar Wiwiek setelah menjadi narasumber program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (26/8/2022).
Dia menjelaskan, jika sebuah industri pariwisata diyakini bisa membuka peluang perekonomian dan lapangan kerja suatu daerah. Namun, kata Wiwiek, sampai saat ini fasilitas di THP masih harus dikembangkan lebih jauh agar bisa menjangkau seluruh segmen masyarakat. Hal ini dikarenakan, banyaknya warga Kota Surabaya yang justru lebih memilih untuk berwisata di daerah lain, ketimbang di Kota Pahlawan.
“Potensi wisata kita akui memang harus ada pengembangan. Untuk itu, kita juga mengajak semua pihak terutama swasta agar turut membuka destinasi baru agar THP ini bisa lebih menarik. Karena Pemkot tidak akan bisa mengembangkan ini semua sendirian,” ucapnya.
Untuk diketahui, Pemkot Surabaya telah menganggarkan dana yang mencapai lebih Rp70 miliar untuk revitalisasi yang berlangsung mulai tahun 2020 sampai dengan 2023 tersebut. Dengan dana tersebut, nantinya akan banyak sentra baru yang dikonsep lebih kekinian dan instagramable, untuk menarik minat wisatawan, khususnya kawula muda.
“Contohnya, di Pantai Watu-Watu nanti ada fasilitas jogging track yang view-nya langsung ke laut. Setelah itu di sentra ikan bulak, selain jadi tempat nelayan beroperasi, nanti di situ juga akan ada resto yang bisa dibuat nongkrong oleh anak-anak muda,” ujar Wiwiek.
Terkait isu kebersihan dan keamanan yang selama ini jadi alasan wisatawan kurang berminat untuk berkunjung ke THP, kata dia, juga masuk dalam program revitalisasi tersebut. “Pastilah, kebersihan faktor utama destinasi wisata dikatakan layak untuk dikunjungi. Itu jadi perhatian utama kita juga. Untuk keamanan, kita sudah koordinasikan dengan Polres Tanjung Perak dan Polsek setempat agar ada personel yang ditempatkan di sana, karena Kenjeran kan ada stigma jalanan sepi dan rawan begal,” jelasnya.
Sementara itu, Agustinus Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra, yang juga hadir sebagai narasumber Program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya mengatakan, revitalisasi THP Kenjeran yang digagas Pemkot Surabaya itu perlu mendapat apresiasi. Namun, diharapkan ada konsistensi untuk melakukan perawatan aset dari hasil revitalisasi tersebut.
“Ini yang penting. Kadang setelah dibangun tidak ada maintenance (perawatan). Untuk itu peran swasta dalam revitalisasi itu harus ada, karena kalau mereka berinvestasi pasti juga bantu untuk perawatan. Mindset mereka memang seperti itu,” ujarnya.
Agustinus juga menjelaskan, alasan THP Kenjeran tidak bisa setenar pantai-pantai yang ada di daerah lain seperti Pantai Kuta di Bali, yakni karena Surabaya sendiri bukan daerah yang secara khusus diklasifikasikan sebagai daerah wisata.
“Surabaya ini kota dagang yang berubah jadi industri dan jasa. Ini terbukti dengan APBD di Kota ini (Surabaya) mulai tahun 2003, itu terbesar di industri dan jasa. Surabaya bukan kota yang kontur geografisnya untuk wisata alam, jadi tidak bisa dibandingkan apple to apple dengan Pantai Kuta. Kota Surabaya ini potensi wisatanya ya memang wisata perkotaan seperti event atau mal-mal begitu,” jelasnya. (bil/ipg)