Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden baru saja menunjuk Yusril Ihza Mahendra (YIM) sebagai kuasa hukumnya.
Menanggapi hal tersebut, Fahri Hamzah Wakil Ketua DPR RI menghargai keputusan calon presiden (capres) petahana itu menunjuk YIM sebagai penasihat hukum.
Kata dia, penunjukkan YIM merupakan ikhtiar petahana untuk tidak lagi nampak anti Islam atau mengidap Islamophobia, termasuk ketika menunjuk Ma’ruf Amin Ketua MUI sebagai calon wapres pendampingnya di Pilpres 2019.
“Apapun itu perlu dihargai, tapi apakah serius?” ujar Fahri Hamzah melalui pesan singkatnya, sabtu (10/11/2018).
Selain adalah hak setiap orang untuk memilih, dirinya juga menyebut bahwa Ketum MUI dan Ketum PBB yang merupakan politisi Islam itu, juga punya peran simbolik. Peran simbolik ini di satu sisi seperti penting bagi petahana, tapi peran simbolik itu harus dibuktikan apakah secara substantif pemerintah memang berubah.
“Ini memang tahun politik, semua gerak tokoh akan diberi makna politik. Tapi, kepentingan kita adalah bersaksi apakah pemerintah telah menyadari kesalahannya dan dua langkah besar itu dilakukan sebagai koreksi total. Jika bukan koreksi total sayang sekali,” kata Fahri yang juga politisi PKS ini.
Dua langkah besar yang dimaksud Fahri yakni pemerintah dalam menangani pembakaran bendera Tauhid, dan penanganan Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi. Untuk dua hal ini, dirinya sangat menyayangkan bahwa pemerintah tidak punya penasihat yang baik selama ini.
“Nah sekarang, coba tanya penasihat Hukum yang baru (Yusril Ihza Mahendra, red), saya yakin beliau akan koreksi sikap pemerintah. Sikap Prof. YIM selama ini dalam pengertian saya bertentangan dengan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Itukah sebabnya beliau menjadi lawyer HTI, dan lain-lain?” kata dia.
Fahri menilai, kemampuan Yusril Ihza Mahendra selama ini yang tidak saja sering menang di pengadilan umum, bahkan di peradilan Konstitusi, di Mahkamah Konstitusi (MK).
“Sekarang beliau akan diuji, apakah beliau ‘direkrut’ untuk kepentingan simbolik petahana atau kepentingan yang nyata? Kita lihat nanti, apakah beliau ‘dipakai’ atau ‘dipajang’?” ujarnya.
Menurut dia, semua akan segera nampak, sehingga semuanya akan tahu bahwa petahana akan sekedar mengulur waktu atau memang mau menyelesaikan masalah dengan ‘ummat Islam’ yang belum selesai.(faz/tin)