Polrestabes Surabaya rencananya akan kembali menggelar operasi kepolisian (Yustisi) di jalanan Kota Surabaya pada pekan ini. Hal tersebut dikarenakan keberadaan electronic traffic law enforcement (ETLE) untuk melakukan penilangan, dinilai masih belum cukup ampuh untuk menekan angka pelanggaran lalu lintas yang berujung pada kecelakaan. Selain itu kejahatan berupa curanmor (pencurian motor) di wilayah Kota Pahlawan makin meningkat.
Berdasarkan data analisa dan evaluasi (Anev) Polrestabes Surabaya, jumlah kecelakaan di lingkup Kota Surabaya naik 33 persen dari Bulan Juni ke Juli, dengan rincian 118 kejadian. Sementara untuk angka korban meniggal akibat kecelakaan, naik menjadi 128 persen, dengan rincian 9 orang di Bulan Juni dan 21 di Bulan Juli.
“Dari data yang diperoleh, rata-rata kecelakaan tunggal yang mengakibatkan korban meninggal, terjadi pada rentan usia 17 sampai 25 tahun. Itu pun setelah dianalisia, kebanyakan pengendar sepeda motor yang tidak memiliki SIM,” ujar Kompol Randy Asdar Wakasatlantas Polrestabes Surabaya, pada Radio Suara Surabaya, Senin (15/8/2022).
Selain itu untuk angka kejahatan berupa jambret dan curanmor, juga disebutkan terdapat peningkatan. Kata Wakasatlantas, dari evaluasi yang dilakukan unit reserse dan polsek jajaran, peningkatan kejahatan jalanan itu terjadi karena sejak Pandemi Covid-19, kepolisian minim melakukan operasi di lapangan.
Di sisi lain, lanjut dia, penggunaan CCTV ETLE cenderung lebih efektif untuk mendata pelanggaran, tapi tidak untuk pelaku kejahatan jalanan.
“Karena mereka ini (para pelaku), sudah paham dengan sistem kerja CCTV. Biasanya saat akan beraksi, mereka mensiasati dengan mengganti atau menutup angka nomor polisi (nopol) kendaraannya, sehingga petugas kita di back office tidak bisa melacak mereka,” ungkap Kompol Randy.
Wakasatlantas ini mencontohkan salah satu kasuh penjambretan handphone di Jalan Basuki Rahmat yang terjadi beberapa waktu lalu, dimana pelaku mengincar pengendara sepeda angin yang meletakan handphonenya di bagian belakang bajunya. Para pelaku dalam kejadian tersebut, juga menutupi sebagian nopol kendaraannya untuk menghilangkan jejaknya.
“Untuk itulah, Operasi Yustisi akan kembali digelar dengan harapan bisa menekan angka kejahatan di Jalanan. Termasuk untuk knalpot brong karena bisa mengganggu kondusifitas,” jelasnya.
Nantinya, selama Operasi Yustisi berlangsung, ETLE akan tetap di fungsikan seperti biasa. Bahkan menurut Kompol Randy, Operasi Yustisi justru untuk mengoptimalkan fungsi dari teknologi yang digagas oleh Jenderal Listyo Sigit Prabowo Kapolri tersebut.
“Petugas tetap memantau dari ETLE selama 24 jam. Jadi semisal nanti ada kejadian kejahatan dan sempat terekam meskipun sedikit, itu bisa jadi informasi awal petugas dilapangan untuk mengambil tindakan lebih lanjut,” terangnya.
Tidak hanya itu, ETLE Mobile pun nantinya juga akan dioperasikan di beberapa lokasi yang belum tersentuh oleh ETLE. Namun, imbuh dia, sosialisasi tetap akan dilakukan terlebih dahulu agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman seperti di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. “Dulu kan pernah ada orang yang dikira pengguna sosial media seorang petani di Sukoharjo, kena tilang saat akan ke sawah. Padahal kenyataannya tidak seperti itu,” tuturnya.
Kompol Randy dalam kesempatan itu juga mengingatkan, agar masyarakat Kota Surabaya segera melengkapi surat-surat berlalu lintasnya agar tidak terkena tilang saat operasi Yustisi berlangsung. Dia juga meminta masyarakat memanfaatkan sebaik-baiknya layanan SIM Cak Bhabin yang digagas Polrestabes Surabaya, untuk mepermudah pembuatan SIM baru.
View this post on Instagram
“Disitu (SIM Cak Bhabin) ada Bhabinkamtibmas yang bisa ditemu di masing-masing Kecamatan di Surabaya untuk membantu mengurus SIM. Selain itu ada tim khusus dari pihak lain yang bersertifikat, memberikan pelatihan dan pemahaman berlalu lintas yang baik dan benar,” pungkasnya.
Rencana Polrestabes Surabaya untuk menggelar operasi tersebut, mendapat apresiasi dari beberapa pendengar Radio Suara Surabaya yang mengudara dalam progam “Wawasan”. Banyak yang beranggapan jika saat ini, meskipun sudah ada inovasi ETLE, kehadiran petugas kepolisian di lapangan masih sangat diperlukan.
“Masih harus ada penindakan di tempat. Karena kalau hanya CCTV (ETLE) saja, pasti banyak yang cari cara untuk mengakali,” ujar Fadrian pendengar SS.
“Saya setuju Operasi secara ofensif lagi. Karena sekarang banyak nopol yang tidak jelas, Spion tidak lengkap dan kenalpot brong berkeliaran. Itu potensi ngawur di Jalanan,” ucap Adi Wijaya pendengar SS.
Meski demikian, adapula yang beranggapan jika lebih baik untuk memanfaatkan inovasi yang ada dengan memperbanyak penempatan CCTV ETLE di banyak ruas.
“Saya kok lebih setuju kalau petugas kepolisian di lapangan untuk operasi dikurangi. Menurut saya, penyalahgunaan wewenang di jalan masih sangat tinggi dengan banyak operasi tidak resmi dan asal main tilang,” jelas Ali Mustofah pendengar SS. (bil/rst)