Sabtu, 23 November 2024

Qodari : Perlu Relasi Antara Parpol dan Masyarakat untuk Pemilu 2024

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Muhammad Qodari Pengamat Politik dari Indobarometer. Foto: Faiz suarasurabaya.net

Muhammad Qodari Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indo Barometer berpendapat, perlunya relasi antara parpol dan masyarakat, terlebih dalam situasi sekarang.

Relasi antara parpol dengan pemilih, kata Qodari, seperti produk dengan konsumennya. Dimana setiap produk memiliki karakter yang cocok bagi konsumen tertentu.

Sehingga, susah membayangkan ada parpol yang cocok dengan semua pemilih.

“Sebab, kata kunci untuk mendapatkan suara pemilih bukan pada gagasan, melainkan relasi antara penyampai gagasan dengan pemilih,” ujar Qodari dalam Gelora Talk bertajuk ‘Peluang Partai Baru Pada Pemilu 2024 : ‘Narasi Vs Pragmatisme’,

Menurut dia, parpol pemilik suara terbesar adalah yang memiliki relasi terbanyak dengan pemilih. Sehingga, tokoh nasional, tokoh lokal dan kader parpol harus mampu membangun relasi.

Sementara, Anis Matta Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menegaskan, bahwa tidak semua masyarakat kita saat ini berwajah ‘pragmatis’ seperti sebagian politisi sekarang.

Justru masyarakat yang memiliki idealisme jauh lebih banyak ketimbang pragmatis. Bahkan mereka siap berkorban untuk mendukung partai yang membawa narasi perubahan.

“Saya melihat, bahwa masyarakat kita tidak punya satu wajah, yaitu wajah pragmatis. Dan tidak seluruh masyarakat, seluruhnya pragmatis,” kata Anis Matta.

Menurut Anis Matta, masyarakat sebenarnya menantikan orang-orang atau partai politik (parpol) yang membawa narasi perubahan di tengah krisis berlarut akibat ketidakpastian situasi global.

Hal senada disampaikan Bona Simanjuntak Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). Menurut Bona, sebagai partai baru, PKN perlu memperkenalkan dirinya melalui narasi.

PKN, kata Bona, memiliki narasi nusantara dalam pembangunan dengan menggerakkan semangat kedaerahan. Sebab, politik itu juga dibangun diatas narasi-narasi masing-masing.

Seperti Orde Lama dibangun narasi nasionalisme, Orde Baru dengan narasinya pembangunan, serta Orde Reformasi dibangun dengan narasi liberalisme dan kapitalisme.

“Reformasi sudah tidak sesuai cita-cita, karena reformasi lebih membangun sektoral kapital. Makanya PKN bangun lagi narasi nusantara kembali,” kata Bona Simanjutak.

Sedangkan Rico Marbun Direktur Eksekutif Lembaga Survei Median mengatakan, kondisi krisis global saat ini memberikan peluang partai baru menjadi pilihan. Khususnya di tengah masyarakat yang merasakan kesulitan ekonomi.

“Harapan hadirnya perubahan baru sangat dinantikan masyarakat. Seperti kontrak rumah, yang bisa diisi orang berbeda-beda dalam lima tahunan. Wadahnya sama, namun penghuninya bisa bergantian,” kata Rico Marbun.(faz)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs