Joko Widodo Presiden bilang, di masa depan bukan negara besar yang akan mengalahkan negara kecil, atau negara kaya mengalahkan negara miskin. Tapi, negara cepat yang akan mengalahkan negara yang lambat beradaptasi dengan disrupsi.
Untuk bersaing dengan negara-negara lain, Indonesia, kata Presiden, butuh tiga fondasi utama, yaitu infrastruktur, hilirisasi dan industrialisasi, serta digitalisasi.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Negara, pagi hari ini, Jumat (5/8/2022), dalam acara Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD Tahun 2022, di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat.
Di sektor infrastruktur, Jokowi menyebut dalam tujuh tahun terakhir, ada penambahan 2.042 km jalan tol, 5.500 km jalan nontol, 16 bandara baru, 18 pelabuhan baru, 38 bendungan baru, dan 1,1 juta hektare irigasi.
“Ini fondasi kita untuk nanti berkompetisi dengan negara-negara lain. Mungkin tidak bisa kita rasakan instan sekarang, dan nanti efeknya akan ke APBN,” ujarnya.
Terkait hilirisasi dan industrialisasi, Presiden menyorot ekspor bahan mentah hasil pertambangan misalnya nikel.
Menurutnya, nilai ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah tahun 2014 cuma mencapai 1 miliar Dollar AS atau sekitar Rp15 triliun.
Tapi, nilai nikel naik berkali-kali lipat sesudah Indonesia menghentikan ekspor bahan mentah.
“Begitu kita stop ekspor bahan mentah nikel tahun 2017, ekspor di tahun 2021 mencapai Rp300 triliun lebih. Dari Rp15 triliun, melompat menjadi Rp300 triliun. Itu baru satu komoditas,” ungkapnya.
Dengan hilirisasi dan industrialisasi, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut negara mendapatkan keuntungan lebih. Antara lain, penerimaan pajak meningkat, dan membuka banyak lapangan pekerjaan.
Maka dari itu, Pemerintah berencana menghentikan ekspor bahan mentah untuk komoditas mineral lainnya.
“Setelah nikel, meskipun belum rampung (gugatan) di WTO, akan kita stop lagi tahun ini mungkin timah atau bauksit. Kerjakan oleh BUMN, bekerja sama dengan swasta. Kalau BUMN dan swasta belum siap teknologinya, mengambil partner enggak apa-apa. Partner asing untuk transfer teknologi, enggak apa-apa,” tegasnya.
Kalau hilirisasi dan industrialisasi berjalan konsisten, Presiden optimistis produk domestik bruto ekonomi Indonesia yang sekarang ranking 15 di dunia, bisa melompat ke urutan tujuh tahun 2030, dan urutan keempat tahun 2045.
Mengenai digitalisasi, Jokowi memprioritaskan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masuk ekosistem digital.
“Jangan lupakan mereka yang kecil-kecil. Oleh sebab itu, Pemerintah terus mendorong mereka untuk masuk pada ekosistem digital. Nanti yang akan menjadi fondasi kuat ekonomi Indonesia yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, bukan yang gede-gede,” ucapnya.
Berdasarkan data yang dipegang Pemerintah, ada 65,4 juta UMKM di Indonesia yang berkontribusi terhadap 61 persen ekonomi nasional.(rid/ipg)