Jumat, 22 November 2024

Pengembangan Listrik Tenaga Surya Indonesia Tertinggal Jauh di Asia Tenggara

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Linus Andor M Sijabat Direktur Strategi Bisnis & Portofolio PT Len Industri (Persero) menjelaskan tentang PLTS kepada wartawan, di Kantor PT Surya Energi Indotama (PT SEI) Jalan Soekarno Hatta Kota Bandung, Jawa Barat. Foto: Antara

Linus Andor M Sijabat Direktur Strategi Bisnis & Portofolio PT Len Industri (Persero) mengatakan Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara tetangga di Asia Tenggara terkait dengan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

“Kita (Indonesia) di kawasan Asia Tenggara saja masih yang terendah ya. Kalah jauh dari Vietnam dalam hal pengembangan PLTS,” kata Linus Andor M Sijabat, Minggu (26/6/2022) melansir Antara.

Linus melanjutkan, saat ini kapasitas PLTS yang terpasang di Indonesia masih ratusan Megawatt sedangkan di Vietnam sudah memiliki kapasitas terpasang PLTS mencapai puluhan gigawatt (GW).

Kata Linus, padahal potensi energi surya di Indonesia sangat tinggi dan mulai memiliki harga yang kompetitif.

“Maka dari itu, diperlukan sinergi antara Pemerintah sebagai regulator, PLN sebagai operator, pihak industri sebagai produsen, serta masyarakat sebagai konsumen sehingga bisa mengakselerasi pemanfaatan potensi energi surya secepatnya,” kata dia.

Beberapa waktu lalu, PT SEI menjadi salah satu perusahaan tujuan Komisi VII DPR RI untuk melakukan rangkaian kunjungan kerja yang membidangi energi dan perindustrian.

Kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI itu dilangsungkan pada Jumat (24/6/2022) dan menyasar pada diskusi pengembangan infrastruktur energi baru terbarukan. Khususnya panel surya di Indonesia.

Kunjungan kerja spesifik ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai perkembangan industri panel surya di Indonesia, serta gambaran permasalahan dan kendala yang dihadapi.

Eddy Soeparno perwakilan dari DPR RI mengatakan pihaknya ingin secara langsung mengetahui dukungan dan bantuan yang dibutuhkan PT SEI dalam rangka pengembangan infrastruktur panel surya di Indonesia. Dan mengetahui efektivitas peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan masyarakat di daerah.

Tujuan tersebut dilatarbelakangi fakta bahwa saat ini telah terbuka peluang yang sangat besar bagi industri dalam negeri untuk melakukan pengembangan bisnis di sektor PLTS.

Akan tetapi, kapasitas produksi di Indonesia masih lama dan mahal dibandingkan negara lainnya. Ditambah lagi dengan belum terintegrasinya komponen industri panel surya dari hulu hingga hilir.

Huluisasi industri PLTS erat kaitannya dengan pengolahan bahan mentah menjadi panel surya secara utuh. Ketika barang mentah ini bisa didapatkan dan diolah di dalam negeri, maka akan tercipta nilai TKDN dan pengurangan kegiatan impor

“Kita memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan EBT tenaga surya ini. Tapi jangan sampai kita impor komponennya,” kata Eddy Soeparno.

Sementara itu, Bambang Iswanto Direktur Utama PT SEI menekankan bahwa PLTS harus dapat hadir menjadi solusi di daerah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan).

“Daerah 3T inilah yang menjadi fokus kita untuk masyarakat di sana supaya memiliki hak untuk mendapatkan akses listrik, dan PLTS bisa menjadi solusi,” jelas Bambang.

Sekedar informasi, kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI ini dipimpin oleh Eddy Soeparno Ketua Komisi VII DPR RI, Bambang Iswanto Direktur Utama PT SEI sekaligus tuan rumah, Wiluyo Kusdwiharto Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN.

Kemudian Andriah Feby Misnam Direktorat Aneka EBT ESDM, M. Arifin Sekretaris Ditjen ILMATE, Liliek Widodo Dir Industri Logam Kemenperin, dan Linus Andor M Sijabat Direktur Strategi Bisnis & Portofolio PT Len Industri (Persero).(ant/wld/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs