Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, menyatakan institusinya belum bisa bergerak cepat menangani wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Suyono Kepala DPKP Kabupaten Sampang mengatakan, lambatnya penanganan akibat kekurangan dokter hewan.
“Jumlah dokter hewan di Sampang hanya 18 orang dengan 23 mantri. Sedangkan mereka harus melayani 180 desa di 14 kecamatan,” kata Suyono dikutip Antara, Jumat (24/6/2022).
Sementara, jumlah sapi milik warga dan peternak di Kabupaten Sampang sekitar 217 ribu ekor lebih.
Kurangnya jumlah petugas dari dokter hewan dan mantri hewan di Sampang, lanjut Suyono, menyebabkan pelayanan hewan sakit di kalangan masyarakat kurang maksimal.
“Tapi, sepanjang ada laporan dari warga yang disertai alamat jelas, maka pasti akan tertangani,” jelasnya.
Selama ini, rata-rata petugas di Sampang menangani 20 sampai 30 sapi sakit yang memiliki gejala seperti terserang PMK.
Selain dokter dan mantri hewan, kendala lain DPKP Pemkab Sampang dalam melakukan penanganan adalah minimnya anggaran.
Menurutnya, anggaran yang tersedia cuma sekitar Rp300 juta dari biaya tak terduga.
“Kami gunakan untuk membeli obat, tapi yang jelas tidak akan cukup mengingat sapi sakit milik warga sekarang hampir merata di semua kecamatan,” ungkapnya.
Apalagi, sambung dia, jumlah sapi terserang PMK berdasarkan laporan petugas lapangan di masing-masing kecamatan mencapai lebih dari tiga ribu ekor.
Sekarang, pihaknya mulai berkoordinasi dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) untuk mendapatkan obat.(ant/bil/rid)