Dinas Kesehatan (Dinkes) dan RSUD Kota Surabaya dituntut memberikan layanan percepatan kesehatan untuk masyarakat. Hal tersebut dibahas saat paparan Indeks Kinerja Operasional (IKO) di ruang Konferensi Pers Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Surabaya, Senin (20/6/2022).
Nanik Sukristina Kepala Dinkes Kota Surabaya menyampaikan, ada lima target IKO yang harus tercapai di tahun 2022, salah satunya respon pelayanan pasien di puskesmas kurang dari 25 menit.
“Dengan formulasi rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien untuk kontak pertama dengan kesehatan sesuai dengan jadwal yang tercantum pada pendaftaran situs website E-Health,” kata Nanik.
Target IKO Dinkes Kota Surabaya lainnya, yakni temuan baru terduga Tuberculosis (TBC), dengan target 60.804 orang dalam satu tahun. Kemudian, jumlah kepala keluarga (KK) yang memiliki akses terhadap jamban sehat, dengan target 8.477 KK. Terakhir, jumlah balita stunting yang mendapatkan asupan gizi sesuai standar Angka Kecukupan Gizi (AKG), dengan target 1.444 balita bebas stunting.
Sementara itu, Billy Daniel Messakh, Direktur RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Kota Surabaya yang mendukung tercapainya target IKO tersebut di tempatnya.
IKO pertama yang ditargetkan adalah, waktu tanggap pelayanan tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) kurang dari empat menit sejak pasien datang.
“Yang kedua adalah waktu tunggu operasi elektif atau operasi yang terencana di poliklinik. Contohnya setelah pasien mendapat diagnostik dan dokter memutuskan untuk dilakukan operasi hingga pelaksanaannya, waktunya harus kurang dari dua hari kerja,” kata Billy.
Selanjutnya, IKO ketiga yakni waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium kurang dari 140 menit. Keempat percepatan waktu tunggu untuk pelayanan obat, di mana obat racik selesai kurang dari 60 menit, sementara non racik kurang dari 30 menit.
Sementara untuk IKO terakhir, yaitu Bed Occupancy Ratio (BOR) di RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, mencapai target 84 persen.
Sementara Bisukma Kurniawati Direktur Bhakti Dharma Husada (BDH) Kota Surabaya, memiliki sedikit perbedaan target, yaitu pada tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit (BOR).
“Presentase pemakaian tempat tidur tergantung pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran mengenai tinggi dan rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit, dengan target 60 persen,” pungkasnya. (lta/bil/ipg)