Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengatakan, kebanyakan anak-anak mabuk lem yang tertangkap Satpol PP karena terpengaruh pergaulan dan lingkungan.
Seperti kasus beberpa anak yang tempo hari tertangkap dan lima anak tertangkap lagi tadi malam, semuanya terpengaruh oleh salah seorang temannya.
“Anak-anak yang masuk shelter DP5A itu fenomenanya terpengaruh temannya. Yang kemarin itu yang umur 18 tahun yang ngajak dua anak. Terus yang lain tidak ikut, hanya ikut nongkrong,” kata Risma, Senin (19/11/2018).
Menurut Risma, menangani kenakalan remaja ini butuh pendalaman masalah secara utuh, mulai dari tes kesehatannya hingga masalah keluarga
“Butuh observasi agar treatment-nya betul. Harus melewati pemeriksaan kesehatan. Tidak semudah itu menanganinya, orang tuanya harus dipikirkan pekerjaannya, dia harus sekolah,” ujarnya.
Menurut Risma, kenakalan remaja erat hubungannya dengan problem kemiskinan dan berakibat anak putus sekolah. Hal itulah yang terus ditakutkan Risma, hingga dia membela agar semua sekolah mulai SD hingga SMA gratis.
“Ini yang kami takutkan, saat saya memperjuangkan sekolah dikelola Pemkot dan gratis. Saya nangis sampai suami saya bingung. Ini kejadian kan. Anak-anak bisa apa, tapi kalau orang dewasa kan masih bisa mikir dan memutar otak,” katanya.
Sekadar diketahui, kasus mabuk lem yang melibatkan anak-anak kembali terjadi di Surabaya. Sedikitnya lima anak laki-laki berusia sekitar 15-16 tahun terjaring razia oleh Satpol PP Kota Surabaya, saat berupaya ‘ngelem’ di Jalan Banyu Urip Kidul V, Senin (19/11/2018).(bid/iss)