Sabtu, 23 November 2024

Psikolog: Hadang Truk Demi Konten Karena Proses Belajar Medsos yang Salah

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi anak menggunakan Hand Phone. Foto: Pixabay

Aksi hadang truk demi konten yang marak dilakukan oleh remaja beberapa waktu yang lalu sangat meresahkan masyarakat, karena membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Dr Wiwin Hendriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) membeberkan sejumlah alasan di balik aksi tersebut. Menurutnya, menghadang truk untuk sebuah konten media sosial (medsos) adalah bagian dari persoalan perilaku remaja sebagai akibat dari proses belajar yang salah dalam menghadapi tren di media sosial.

Lebih lanjut, Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) itu mengatakan bahwa remaja masih berada pada tahap perkembangan dan belum sepenuhnya matang. Sehingga, masih berproses untuk mengenali dan membentuk identitas dirinya.

“Hal ini bermuara pada sikap dan perilaku remaja yang labil, mudah terbawa pengaruh sekitar, mudah terstimulasi oleh hal-hal yang menarik baginya, dan banyak didorong oleh kebutuhan memperoleh pengakuan orang lain,” jelas Wiwin dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, Kamis (16/6/2022).

Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mengatasi maraknya aksi hadang truk demi konten, kata Wiwin, adalah orang tua dan keluarga fokus pada pendampingan pada remaja.

“Pada banyak kasus dari anak dan remaja yang memunculkan problem perilaku, sering ditemukan data, (yang diakibatkan, Red) kurang baiknya relasi anak dengan orangtua,” jelasnya.

Bahkan, lanjutnya, tidak jarang persoalan perilaku pada remaja timbul akibat adanya konflik atau ketidaknyamanan dalam keluarga. Akibatnya, remaja mengalihkan konflik itu dengan
mencari kesenangan atau pengakuan di tempat lain.

Wiwin menjelaskan, bahwa perlunya orang tua menyadari bahwa mendampingi perkembangan remaja, tidak dapat disamakan begitu saja dengan mengasuh anak-anak. Mengingat, setiap tahapan memiliki kekhasan karakteristik dan kebutuhan masing-masing. Untuk itu, orang tua perlu melakukan berbagai penyesuaian.

“Pendampingan yang mendukung perkembangan kemampuan berpikir remaja perlu dilakukan dengan memperbanyak ruang dialog dan diskusi, dengan meluaskan pula topik pembicaraan yang dapat memberikan stimulasi lebih dan memperkaya pengetahuan remaja dengan berbagai macam wawasan,” terangnya.

Selain orang tua dan keluarga, Wiwin menegaskan bahwa sekolah yang di dalamnya terdapat guru dan teman sebaya, adalah bagian dari mikrosistem tumbuh kembang individu yang perlu dioptimalkan peran-peran positifnya dalam tumbuh kembang remaja. (bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs