Universitas Ciputra sebagai satu-satunya Apple Developer Academy (ADA) di Kota Surabaya, telah mendampingi 60 mahasiswanya menelurkan 14 aplikasi berbasis iOS.
Mychael Maoeretz Engel, dosen pengampu mata kuliah Mobile Application Development ingin mengajak para mahasiswanya untuk memanfaatkan peluang di era kecanggihan teknologi 4.0.
Sejak semester 4, Universitas Ciputra sudah mengajarkan materi iOS Development pada mahasiswa Jurusan Informatika.
“Kebutuhan Aplikasi di iOS tinggi, namun developer iOS masih sangat kurang, hal ini adalah peluang sekaligus tantangan kita untuk mempersiapkan mahasiswa yang mumpuni dibidang itu”, terangnya.
iOS adalah sistem operasi eksklusif yang dirancang khusus untuk digunakan di produk iPhone dari Apple. Sedangkan Android adalah sistem operasi buatan Google yang bisa digunakan oleh berbagai merk smartphone.
Pada 2014 aplikasi di Android tumbuh lebih dari 50 perse hingga mengalahkan jumlah aplikasi yang ada di App Store milik Apple.
Ketimpangan ini dilirik oleh Universitas Ciputra sebagai peluang emas.
“Standar industri pun sekarang sudah mulai bergeser ke iOS,” imbuhnya.
Adapun aplikasi berbasis iOS Development yang telah dikembangkan oleh Mahasiswa Ciputra ini salah satunya adalah Holiyay, karya dari Nur Azizah, Nathanael Abel, Probo Krishnacahya, dan Haning Galih.
“Aplikasi tersebut dibuat untuk memberikan rekomendasi kepada masyarakat untuk tujuan wisata di kota tertentu,” terang Nathael.
Sebuah aplikasi yang membantu pengguna untuk memilih destinasi liburan yang telah terintegrasi dengan layanan booking langsung, menginformasikan akses jalan dan harga tiket. Holiyay menjadi semacam intenerary perjalanan yang seru.
Tak hanya Holiyay, ada juga aplikasi Floo untuk mengeksplorasi dan mencatat resep makanan secara interaktif. Lalu ValoGent sebagai aplikasi yang memberi info list agent games Valorant dan masih banyak lagi. Hal ini memang sejalan dengan komitemen dari Aplle Industry.
Perlu diketahui, Apple mendirikan pusat pengembangan di Indonesia untuk memenuhi persyaratan konten lokal bagi produk 4G LTE yang diedarkan di Indonesia.
Per 2017, semua perangkat 4G LTE yang beredar di Indonesia termasuk ponsel pintar, harus memenuhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimum 30 persen.
Apple berkomitmen untuk menanamkan modal US$44 juta atau sekitar Rp638 miliar di Indonesia dalam wujud tiga akademi pengembang untuk mendapatkan sertifikat TKDN perangkat ponsel pintar sebesar 30%.
Universitas Ciputra terpilih menjadi akademi Apple kedua di level nasional setelah Binus University dan masih menjadi satu-satunya di Surabaya sejak 2018 lalu.(tha/iss/rst)