Badan Intelijen Negara (BIN) mengungkap ada 41 masjid di lingkungan kantor kementerian, lembaga serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terindikasi terpapar radikalisme.
Wawan Hari Purwanto Juru Bicara BIN mengatakan, 10 masjid di antaranya ada di kantor kementerian, 10 masjid di lembaga, dan 21 masjid lagi ada di kantor BUMN.
Menurut Wawan, paparan radikalisme dari 41 masjid itu terbagi dalam tiga kategori. Tujuh masjid masuk kategori paparan rendah, 17 masjid masuk kategori sedang, dan 17 masjid kategori tinggi.
Salah satu indikatornya, dakwah yang disampaikan khatib dalam ceramahnya berisi ajakan berperang ke Suriah atau Marawi, Fipilina Selatan, dan disampaikan dengan memelintir ayat-ayat Al Quran.
Data tersebut, hasil survei Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdatlul Ulama, terhadap kegiatan cermah di masjid lingkungan kantor pemerintahan.
Selain itu, BIN juga mensinyalir sedikitnya ada tujuh masjid di lingkungan perguruan tinggi negeri yang terpapar radikalisme, dan 39 persen mahasiswa di 15 provinsi tertarik dengan paham radikal.
“Penyampaian data ini adalah upaya BIN untuk memberikan peringatan dini dalam rangka meningkatkan kewaspadaan, menjaga toleransi dan menghargai kebhinekaan di Indonesia. Jangan sampai ujaran kebencian terhadap suatu kalangan mempengaruhi masyarakat, dan mndegradasi Islam sebagai agama yang menghargai keberagaman,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (20/11/2018).
Untuk menangkal penyebaran paham radikal itu, BIN melakukan gencar memantau dan melakukan tindakan persuasif terhadap khatib yang kerap menyampaikan pesan-pesan radikal dalam ceramahnya.
BIN juga menggandeng ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU untuk aktif berdakwah di lingkungan masjid pemerintahan, memberikan dakwah yang menyejukkan.
Hasilnya, kata Wawan, dari Juni 2018 sampai sekarang, sekitar 60 persen masjid yang sebelumnya terpapar radikalisme kategori tinggi, sudah mulai berkurang kadarnya. (rid/iss)