Selasa, 26 November 2024

ITS Djamoe Budayakan Generasi Muda Minum Jamu

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
ITS Djamoe yang bertempat di Galeri Riset, Inovasi dan Teknologi (GRIT) Gedung Pusat Riset ITS, Selasa (31/5/2022). Foto : Humas ITS

Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Sintesis (KIBAS) dari Departemen Kimia ITS bekerja sama dengan Pusat Penelitian Agri-Pangan dan Bioteknologi (Puslit Agrifotech) ITS meluncurkan ITS Djamoe yang bertempat di Galeri Riset, Inovasi dan Teknologi (GRIT) Gedung Pusat Riset ITS secara hybrid, Selasa (31/5/2022).

Sri Fatmawati SSi MSc PhD Penanggung Jawab Riset ITS Djamoe  berharap Kehadiran ITS Djamoe ini  mampu membangkitkan kembali budaya minum jamu di kalangan masyarakat saat ini, terutama pada generasi muda.

“Leluhur kita meninggalkan banyak sekali metode herbal yang bermanfaat untuk manusia. Maka dari itu, harus terus kita kembangkan lebih jauh,” ingatnya.

Riset pertama terkait jamu ini sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2002 dengan sasaran riset untuk mempelajari tanaman obat.

Ia mengatakan bahwa riset tersebut merupakan hasil inspirasi dari Kepala Laboratorium KIBAS saat itu yakni Prof Dr Drs Taslim Ersam MS.

“Ini merupakan riset yang sudah dilakukan selama 20 tahun,” jelasnya.

Kehadiran ITS Djamoe ini juga diharapkan mampu membangkitkan kembali budaya minum jamu di kalangan masyarakat saat ini, terutama pada generasi muda.

“Leluhur kita meninggalkan banyak sekali metode herbal yang bermanfaat untuk manusia. Maka dari itu, harus terus kita kembangkan lebih jauh,” ingatnya.

Ia mengungkapkan, proses pembuatan minuman jamu tersebut memiliki kemiripan dengan perusahaan lain. Meski berbahan dasar temulawak dan meniran, ia berkomentar bahwa quality control merupakan kunci pembeda dari jamu buatan ITS.

“Tentunya kita selalu meneliti komposisi dari bahan jamu yang kami gunakan,” tegasnya.

Dosen Departemen Kimia tersebut menjelaskan, produk dari ITS Djamoe sudah memberikan manfaat kepada masyarakat, khususnya pada masyarakat yang terjangkit Covid-19 pada awal-awal pandemi lalu.

“Saat isolasi mandiri, kami mendistribusikan beberapa jamu rempah dalam 10 ribu paket kepada para pasien untuk membantu meningkatkan imun,” terangnya.

Sebagai penunjang distribusi ITS Djamoe, ITS merangkul para petani herbal maupun Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki bisnis tanaman maupun obat herbal.

“Kita juga bekerja sama dalam hal produksi dengan PT Payung Pusaka Mandiri,” bebernya.

Sri Fatmawati pun menerangkan bahwa dalam rentang 20 tahun tersebut, Laboratorium KIBAS bersama Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS dan stakeholder lainnya berhasil menciptakan lebih dari 300 penelitian, 500 lebih senyawa hasil isolasi, dan 300 lebih senyawa hasil sintesis.

Terakhir, peneliti perempuan terbaik di Indonesia ini berharap bahwa penelitian tersebut bisa semakin meningkat seiring berkembangnya waktu dan teknologi ke depan. (man/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
27o
Kurs