Jumat, 22 November 2024

Cerita Untung Surapati pada Gelaran Ketoprak, Ajak Seniman Lestarikan Budaya

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ketoprak Ngesthi Budoyo dalam rangka HJKS ke-729 di Gedung Balai Budaya Alun-Alun Surabaya, Senin (30/5/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Gelaran kesenian Ketoprak di Gedung Balai Budaya Komplek Balai Pemuda Alun-Alun Suroboyo pada Senin (30/5/2022), membawakan cerita tentang keteladanan Untung Surapati mengusir penjajah Belanda. Tampilan selama dua jam itu meninggalkan pesan tersirat untuk mengajak para seniman muda melestarikan budaya.

Sekitar pukul 19.00 WIB gelaran dimulai dengan pembacaan sinopsis menggunakan bahasa Jawa dilanjutkan pengenalan peran pemain.

Tepuk tangan penonton langsung terdengar ketika lighting panggung menyala dan para pemain keluar. Tanpa tarian Gambyong sebagai pembuka ciri khasnya, Ketoprak Ngesthi Budoyo asal Surabaya Jawa Timur ini langsung memainkan peran di atas panggung.

Diawali adegan prahara Pasuruan yang menceritakan permusuhan antara Joko Untung dengan Belanda hanya untuk membela Pangeran Purbaya.

Sepanjang adegan, suasana dalam Gedung Balai Budaya hening karena penonton betul-betul memperhatikan gelaran yang penuh pesan moral itu. Terlebih ketika tokoh Surapati melawan Sultan Ageng Tirtayasa orang tua angkatnya, hingga dijatuhi hukuman mati. Kemudian nama Surapati diberikan kepada Joko Untung sebagai nama sambung.

Setelah hampir setengah jam adegan Ketoprak, adegan lawak yang diselipkan oleh sutradara di tengah-tengah gelaran, mengundang gelak tawa penonton. Aksi lucu mereka memparodikan Hari Jadi Kota Suarabaya (HJKS) ke-729, disambut meriah tepuk tangan penonton.

“aamiin,” ujar penonton bersamaan menyahut kalimat lawak mengandung doa Surabaya bebas dari pandemi oleh pemain di atas panggung.

Penonton yang mengabadikan penampilan Ketoprak Ngesthi Budoyo menggunakan kamera ponsel, Senin (30/5/2022). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Gelaran Ketoprak yang dimainkan oleh para pemain remaja dan orang tua itu, memang dibuat sedikit berbeda dari aslinya. Meski begitu, alur ceritanya dibuat padat sehingga tidak banyak aksi lawak selain yang diselipkan di tengah-tengah adegan.

“Kita buat padat ceritanya, tanpa ada tampilan Tari Gambyong padahal itu khasnya. Karena nanti panjang jadinya, ini saja 2 jam,” ujar Widayatno Sutradara Ketoprak Ngesthi Budoyo kepada suarasurabaya.net sesaat sebelum gelaran itu dimulai.

“Cerira akhir, Untung tidak saya matikan. Dia nanti berjanji untuk terus berjuang mengusir bangsa Belanda sampai titik darah penghabisan,” tambahnya.

Meski tidak banyak adegan lucu, penonton yang terdiri dari anak-anak muda hingga orang tua tetap mengikuti gelaran dan menikmatinya sampai selesai.

“Suka memang nonton Ketoprak karena paham ceritanya. Nggak banyak lucunya tapi banyak pesan,” ujar Winarno lelaki paruh baya asal Sidoarjo yang nonton gelaran Ketoprak dari awal hingga akhir. (lta/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs