Sabtu, 23 November 2024

Whisnu Sakti Buana Kepada Prabowo: Jangan Rendahkan Tukang Ojek Daring

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Whisnu Sakti Buana Ketua DPC PDI Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya. Foto: Abidin suarasurabaya.net

Whisnu Sakti Buana Ketua DPC PDI Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya mengkritik pandangan Prabowo Subianto Calon Presiden nomor urut 02 yang menurutnya menganggap remeh pekerjaan tukang ojek dan cenderung merendahkan.

“Kami sangat menyesalkan pernyataan Prabowo. Seorang pemimpin, terlebih calon presiden, harusnya tidak boleh merendahkan martabat rakyat sendiri,” kata Whisnu di Surabaya, Kamis (22/11/2018).

Seperti diberitakan sebelumnya, di forum “Indonesia Economic Forum 2018” di Jakarta, Rabu (21/11/2018) kemarin, Prabowo menyoroti banyaknya pemuda lulusan SMA yang memilih berkarier menjadi sopir ojek daring dan menjadi meme.

Menurut Whisnu, pekerjaan tukang ojek, pedagang keliling, tukang sapu dan berbagai profesi wong cilik lainnya adalah pekerjaan halal dan bermartabat.

“PDI Perjuangan berpendapat, kerja mereka halal dengan niat baik. Dan saya pastikan, mereka tidak pernah korupsi,” kata Whisnu yang juga menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya.

Dalam keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net, Whisnu menegaskan, menjadi tugas bersama untuk menggelorakan harkat dan martabat rakyat apapun profesinya.

“Pak Jokowi jauh lebih bijak. Daripada mencela profesi Tukang Gojek, beliau mengambil kebijakan menghadirkan kekuasaan untuk rakyat,” kata Whisnu.

Program pro-rakyat itu, kata dia, diwujudkan Presiden Jokowi melalui Kartu Indonesia Kerja, Kartu Indonesia Sehat, dan berbagai program kerakyatan lainnya.

Dengan kebijakan itu, kata Whisnu, maka kalangan keluarga wong cilik dapat bercita-cita anaknya menjadi insinyur, dokter, penyuluh pertanian, bidan, dan lain-lain.

“Pemimpin itu membangunkan rasa percaya diri rakyatnya agar bekerja keras dan mengejar prestasi. Menjadi tukang ojek adalah tugas bermartabat selama dilaksanakan dengan tanggung jawab,” kata Whisnu.

Sebaliknya, kata dia, Prabowo cenderung menganggap kehidupan wong cilik sebagai realitas kejam. Sebelum menyebut lulusan SMA berprofesi tukang ojek, Prabowo menyebut “tampang Boyolali” bakal ditolak jika masuk hotel-hotel berbintang mewah di Jakarta.

Di pihak lain, kata Whisnu, pasangan Prabowo yakni Cawapres Sandiaga Uno menyebut “tempe setipis (kartu) ATM”.

“Kami menangkap kesan, Pak Prabowo dan Pak Sandiaga sering menggunakan retorika penghasutan sebagai bagian mempertentangkan kelas, yang sering dipakai sebagai metode komunikasi politik yang tidak sehat,” kata Whisnu.

Berbeda dari itu, kata Whisnu, PDI Perjuangan akan membantu tukang ojek untuk mengorganisir diri, membangun kesadaran politik, sehingga mereka memiliki energi juang agar bisa hidup lebih baik.

PDI Perjuangan, sebagaimana diklaim Whisnu, terus mendorong pemerintah agar meningkatkan dan memperluas program-program kesejahteraan, sehingga kalangan wong cilik dapat meniti masa depan yang lebih baik.

Bahkan, kata Whisnu, dirinya sebagai Wakil Wali Kota Surabaya, akan mendorong kepala daerah dan wakil kepala daerah dari PDI Perjuangan agar memberikan perhatian kepada kaum Marhaen melalui berbagai kebijakan pro-rakyat.

“Semangat juang rakyat harus digelorakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Para tukang ojek jauh lebih bermartabat daripada pengemplang utang, pejabat korup, dan juga lebih mulia dari ‘Pemilik Kiani Kertas’ yang tidak memberikan gaji dan pesangon karyawannya,” kata Whisnu. (den/nin)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs