Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mencatat, sudah ada 956 hasil inovasi dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian nasional yang telah menjadi startup dan dinyatakan siap masuk ke sektor industri nasional.
Mohammad Nasir Menristekdikti menyatakan ini dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Ruang Hayam Wuruk, Gedung Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Jalan Pahlawan Surabaya, Kamis (22/11/2018).
Nasir mengklaim, perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia sudah sangat pesat. Dulu perguruan tinggi seolah terlena dengan dunianya sendiri, menyelenggarakan proses pembelajaran dan pengajaran tapi tidak mampu mengimplementasikan hasil risetnya.
Dia bandingkan dengan hasil riset dan penelitian di Iran, yang mana negara itu selama 2004-2014 sudah mampu menghasilkan hingga 1.000 startup. Indonesia hanya menghasilkan sembilan startup selama kurun waktu yang sama.
“Mulai 2015 menjadi 25. Lalu pada 2016 menjadi 203. Kami pada pemerintahan Jokowi mencapai angka 956 pada 2018, ini sudah bisa masuk industri. Kerja sama dengan industri sangat penting. Harapan kita, pada 2019 nanti bisa 1.000,” katanya.
Nasir menegaskan kembali, startup hasil inovasi perguruan tinggi dan lembaga penelitian ini sekarang sudah masuk calon perusahaan pemula bidang teknologi (CPPBT) yang siap masuk ke dunia industri tanah air.
Nasir mengatakan, sejauh ini Kemenristekdikti fokus mengembangkan penelitian yang memiliki daya saing pada 10 sektor. Di antaranya di bidang teknologi pangan, informasi dan teknologi, transportasi (darat, laut dan udara), dan kesehatan.
Misalnya dalam pengembangan teknologi pangan. Pusat penelitian kopi dan kakao di Jember, Jawa Timur menghasilkan biji kopi berkualitas yang telah diakui dunia di Science Techno Park di Jember.
“Dulu Swedia mengimpor kopi dari AS, lalu ditawarkan agar mengambil kopi langsung dari Indonesia. Kalau dulu pembibitan kopi dari biji dan batangnya, sekarang bisa dikembangkan dari daun dan menghasilkan hingga 2 juta bibit,” jelas Menteri Nasir.
Dia mengatakan, sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri menjadi penting. Contohnya adalah LRT yang dibangun oleh PT INKA, industri kereta di Madiun yang sudah beroperasi di Palembang.
“Sudah beroperasi dari Bandara ke Stadion Jakabaring, fungsi sudah saat Asian Games kemarin. Desain LRT ini dibuat oleh ITS di Surabaya, dan ini sudah menyerupai LRT di Eropa,” kata Nasir.
Penguatan riset ini telah menunjukkan peningkatan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Jumlah hasil penelitian dan riset Indonesia tersebut, sejak 2015 lalu terus melonjak dan sudah melewati Thailand meski masih di bawah Malaysia.
“Daya saing bangsa harus kita dorong terus dengan peningkatan SDM. Sekarang dalam pemerintahan Jokowi-JK menurut Global Competitiveness Report, daya saing bangsa Indonesia sudah mencapai peringkat ke-36 dari sebelumnya di peringkat 41,” ujarnya.(den/bid)