Jumat, 22 November 2024

Oxford Economics: Bank Sentral AS Bakal Tiga Kali Naikkan Suku Bunga di 2019

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Pinterest

Pertumbuhan ekonomi AS mungkin telah mencapai puncaknya, tetapi bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), diperkirakan akan terus maju dengan tiga kali kenaikan suku bunga pada tahun depan. Demikian laporan Oxford Economics lembaga riset Inggris, Kamis (22/11/2018).

“Ketahanan tetap menjadi tema kunci bagi ekonomi AS pascapemilihan paruh waktu. Pertumbuhan PDB riil cenderung pada 3,0 persen pada kuartal keempat,” kata laporan itu dikutip Xinhua dilansir Antara, Jumat (23/11/2018).

Kebijakan-kebijakan headwinds dari pengurangan stimulus fiskal dan moneter, juga ketegangan perdagangan AS dengan China, akan mengekang momentum 2019. Tetapi ekonomi AS mereka perkirakan bisa tumbuh 2,5 persen tahun depan.

Oxford Economics memproyeksikan, ekonomi AS bisa berkembang 2,9 persen pada 2018 dan melambat menjadi 2,5 persen tahun depan.

Menurut Biro Statistik Ekonomi AS, perekonomian negeri Paman Sam itu tumbuh di laju tahunan 3,5 persen pada kuartal ketiga dan 4,2 persen pada kuartal kedua tahun ini.

The Fed telah menaikkan suku bunga acuan untuk ketiga kalinya pada 2018 ini, yakni pada September lalu serta mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lainnya pada Desember mendatang.

Untuk zona euro yang beranggotakan 19 negara, think tank itu menurunkan prediksi PDB 2018 menjadi 1,9 persen, setelah mencatat pertumbuhan yang lemah pada kuartal ketiga.

PDB zona euro naik hanya 0,2 persen di kuartal ketiga, sebagian besar mencerminkan pelemahan sementara di Jerman.

“Kami memperkirakan rebound di kuartal keempat, dengan perkiraan PDB 2018 dan 2019 direvisi sedikit lebih rendah menjadi masing-masing 1,9 persen dan 1,6 persen,” katanya.

Oxford Economics juga memperkirakan perlambatan moderat dalam pertumbuhan ekonomi global, yang menurun dari 3,1 persen pada 2018 menjadi 2,8 persen pada 2019, serta diperkirakan lebih jauh turun menjadi 2,7 persen pada 2020.

“Perkiraan kami PDB global pada kuartal ketiga (2018) menunjukkan bahwa pertumbuhan triwulanan menurun dari 0,9 persen pada kuartal kedua menjadi 0,7 persen di kuartal ketiga. Hasil terlemah sejak kuartal ketiga 2016,” kata Oxford Economics.

Kebijakan moneter yang lebih ketat, menurunnya likuiditas, tingkat utang yang tinggi, dan harga-harga aset yang tinggi dapat menyebabkan aksi jual di pasar keuangan lebih parahlah, yang menurut mereka, mengakibat pelambatan lebih tajam dari perkiraan.

“Kami melampirkan probabilitas 20 persen ke resesi global selama beberapa tahun mendatang,” tambahnya.

Perlu diketahui, Oxford Economics adalah perusahaan penasehat global independen yang menyediakan laporan, proyeksi, dan alat-alat analisis di 200 negara dan wilayah serta 100 sektor industri.(ant/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs