Tim Sinar Universitas Narotama Surabaya rebut juara 1, 2 dan 3 dalam National Balsa Bridge Challenge 2018 di Universitas Muhamamdiyah Surakarta.
“Tim Sinar Universitas Narotama mengirimkan 11 tim untuk kompetisi tersebut. Alhamdulillah, 6 tim masuk dalam final 15 besar dan 3 di antaranya meraih juara 1,2, dan 3. Yaitu Tim Legend of Sinar mendapat juara 1, Tim Sinar Dunia juara 2, dan Tim Sinar Amuba juara 3,” terang Mochamad Faisol ketua Tim Sinar.
Selain menyapu bersih gelar juara, Universitas Narotama juga meraih gelar Best University karena prestasi yang mereka peroleh.
“Dalam ajang ini, semua peserta berkompetisi untuk membuat konstruksi jembatan dari kayu Balsa. Kayu Balsa adalah kayu yang memiliki berat jenis paling ringan dari semua jenis kayu di dunia dan berasa dari Pohon Balsa dari Brazil,” ujar mahasiswa Teknik Sipil Universitas Narotama ini.
Kriteria yang ditentukan adalah tiap peserta harus membuat jembatan dengan fokus pada konstruksi jembatan rangka bawah, serta mendeskripsikan desain dan cara pembuatannya dalam bentuk paper. Pengujian jembatan dilakukan dengan pembebanan dari 0 sampai 24 kg.
“Jembatan milik tim Legend of Sinar yang mendapatkan juara 1 berhasil menahan beban seberat 24 kg sementara yang lain hanya sanggup menahan sekitar 16 kg. Itu yang membuat jembatan kami unggul,” lanjut Faisol.
Memang, mahasiswa asal Sidoarjo itu menambahkan, desain jembatan Tim Sinar cenderung sama yaitu terinspirasi dari Jembatan Asopos Yunani yang kuat hingga puluhan tahun tanpa membutuhkan renovasi.
Namun, memang setiap tim memiliki skill yang berbeda pada segi pemasangan dan keakuratan pemotongan kayu yang menyebabkan hasilnya pun tidak sama.
Kemenangan ini membuat Faisol dan Tim Sinar terpikir untuk mematenkan desain prototipe konstruksi jembatan menggunakan kayu Balsa ini.
Hanya saja mereka masih bingung karena desain ini juga terinspirasi dari desain jembatan lain dengan diferensiasi yang mereka buat.
“Inginnya segera bisa dipatenkan agar secara akademis dan penelitian ada catatan bahwa yang membuat prototipe desain ini dengan kayu Balsa adalah mahasiswa Universitas Narotama,” kata Faisol.
Sebagai ketua dan senior, Faisol berharap prestasi terus dapat terukir meskipun nantinya akan ada pergantian generasi.
“Jadi kemarin juga kami mengajak serta adik-adik angkatan baru untuk ikut bertanding dan untuk pertama kalinya mereka merasakan kemenangan. Semoga ini bisa membakar semangat mereka untuk terus berkarya,” tambah Faisol.
Satu diantara mahasiswa angkatan 2017 yang ikut serta, Ramadhana Sangyang Ady, mengatakan kompetisi ini adalah pengalaman berharga baginya dan teman-temannya. Apalagi baru pertama kali langsung merasakan berkompetisi tingkat nasional dan mendapatkan juara.
“Jelas ini membangun mental kami. Apalagi kemarin sempat ada dari kami yang pengujiannya nomor urut 1. Jadi sempat ikut grogi karena apapun hasilnya bisa jadi akan mempengaruhi mood tim kami. Belum lagi sempat ada kendala dari alat pengujian hingga pengujian harus ditunda selama 1 jam,” papar Sangyang.
Untung saja, pengujian tersebut lalu berjalan lancar. Mereka juga harus menjalani persiapan selama satu bulan sebelum kompetisi dan menjalani trial error yang jumlahnya tidak terhitung.
“Setiap hari kami melakukan uji coba sejak setelah Magrib sampai pagi bahkan kami harus menginap di kampus demi kompetisi ini,” pungkas Sangyang.(tok)