Sabtu, 23 November 2024

Mendag Dorong Penguatan Kerja Sama Ekonomi Digital ASEAN-AS

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Muhammad Lutfi Mendag RI bertemu Katherine Tai Duta Besar USTR, di Washington DC, AS, Kamis (12/5/2022). Foto: istimewa

Muhammad Lutfi Menteri Perdagangan (Mendag) menilai ekonomi digital isu sangat signifikan dalam proses pemulihan arus perdagangan di kawasan.

Tapi, menurut Lutfi, platform lintas batas itu memiliki tantangan tersendiri yang bisa menekan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Lutfi menjelaskan, tantangan tersebut dipicu dinamika perdagangan internasional yang kontraproduktif dengan pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19.

“Misalnya, pandemi Covid-19, distorsi terhadap rantai pasok global dan regional, eskalasi konflik Rusia dan Ukraina, hingga melemahnya kepercayaan dunia terhadap sistem perdagangan multilateral,” ujarnya dalam pertemuan bilateral dengan Katherine Tai Duta Besar United States Trade Representative (USTR), di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (12/5/2022).

Pertemuan dilakukan di sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus ASEAN-Amerika Serikat pada Rabu (11/5/2022) sampai hari ini, Jumat (13/5/2022).

Kerja sama ekonomi digital ASEAN-Amerika Serikat, lanjut Mendag, menjadi salah satu isu penting yang dibicarakan dalam kerangka pembahasan isu ekonomi bilateral, regional, dan multilateral.

“Untuk itu, perlu kerja sama seluruh negara dalam menghentikan upaya-upaya kapitalisme modern yang saat ini berkembang di platform digital,” tegasnya.

Pada pertemuan itu, Mendag Lutfi juga menyampaikan rencana pelaksanaan Pertemuan Khusus ASEAN Economic Ministers (AEM) pada 18 Mei 2022 di Bali.

Sementera, Katherine Tai Duta Besar USTR menyampaikan, program Amerika Serikat dalam pembangunan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik dan Indonesia memiliki pengaruh cukup signifikan di kawasan Asia Tenggara.

Menurutnya, agenda Pemerintah Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik melalui perwujudan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) yang memiliki fleksibilitas dan terdiri atas empat pilar utama yang saling terkait.

Keempat pilarnya yaitu Fair and Resilient Trade, Supply Chain Resilience, Infrastructure, Clean Energy dan Decarbonization, dan Tax and Anti-Corruption.

Lebih lanjut, Katherine Tai menitikberatkan penjelasan IPEF pada pilar Fair and Resilient Trade yang mencakup penyusunan prinsip-prinsip, aturan, standar, kolaborasi terkait ekonomi digital yang dewasa ini menimbulkan tantangan serta oportunitas tersendiri.

Dia bilang, Pemerintah AS berupaya membangun suatu keterikatan yang didukung sektor bisnis di kawasan melalui pembangunan ekonomi yang semakin tangguh, berkelanjutan, memberikan lebih banyak insentif bagi dunia usaha, dan meningkatkan inklusifitas. Tapi, bukan sesuatu yang dipandang sebagai kebijakan anti Tiongkok.

“IPEF bukan kerangka kerja sama perdagangan tradisional dan memerlukan keterikatan yang lebih erat dalam menciptakan inovasi kerja sama perdagangan baru dengan negara atau ekonomi baru. Amerika Serikat sangat terbuka dalam mengembangkan sesuatu yang inovatif dan berbeda yang mungkin akan memiliki elemen-elemen perjanjian perdagangan sebagai platform untuk melanjutkan kolaborasi,” jelasnya.

Pada pertemuan itu, dibahas juga beberapa isu yang menjadi perhatian Indonesia dan Amerika Serikat. Di antaranya tentang rokok kretek, WTO, dan beberapa isu bilateral seperti Generalized System of Preferences (GSP), Intellectual Property Right (IPR), serta komitmen dalam kesepakatan Indonesia-Amerika Serikat.

Kedua perwakilan akan mengupayakan pertemuan bilateral lanjutan di sela Pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation Ministers Responsible for Trade APEC-MRT atau Pertemuan the Twelfth WTO Ministerial Conference (MC-12) mendatang.(rid)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
29o
Kurs