Jumat, 22 November 2024

Pemkot Surabaya Simulasi Tanggap Bencana

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Aksi simulasi tanggap bencana di Balai Kota, Selasa (26/4/2022). Foto: Diskominfo Kota Surabaya

Eri Cahyadi Wali kota Surabaya memimpin apel kesiapsiagaan bencana sekaligus simulasi penanganan bencana di halaman Balai Kota Surabaya.

Pada kesempatan itu,  Eri mengatakan saat ini waktunya kembali menyiapkan diri dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan bencana perlu dibangun sejak dini, dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga.

Menurutnya, Kota Surabaya ini memiliki resiko dalam ancaman bencana, di antaranya angin kencang yang mengakibatkan pohon tumbang, banjir rob/pasang air laut, cuaca ekstrem, dan gempa bumi, juga bencana non-alam seperti kecelakaan, kebakaran, dan pandemi. “Kesiapan masyarakat menghadapi ancaman menentukan besar kecilnya risiko dan dampak bencana yang akan diterima,” kata Eri Cahyadi, Selasa (26/4/2022).

Sebagai wujud kesiapsiagaan, Pemkot Surabaya menyiapkan sarana prasarana pendukung penanganan bencana, yaitu 63 puskesmas dan unit-unit ambulans, 5 rayon dan 16 pos pembantu pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan 86 unit pemadam kebakaran, termasuk unit Bronto Skylift yang bisa menjangjau ketinggian 42 meter, 55 meter, dan 104 meter.

“Selain itu, pintu air dan rumah pompa juga disiagakan, 7 posko terpadu dan 16 pos pantau, monitor pemantau cuaca yang terpasang di pesisir Surabaya, dan Command Center 112 yang 24 jam dapat dihubungi warga secara gratis untuk kejadian darurat dan bencana,” katanya.

Sedangkan di tengah-tengah masyarakat, Pemkot Surabaya secara rutin melakukan edukasi pengurangan resiko bencana, di antaranya pembinaan dan pelatihan penanggulangan bencana di tingkat Dasa Wisma, pembentukan Kelurahan Siaga Bencana, sosialisasi mitigasi bencana di sekolah-sekolah, perkantoran, gedung bertingkat, dan dilanjutkan dengan simulasi bencana.

“Jadi, kita melakukan pemberdayaan relawan dan masyarakat untuk ikut serta melakukan kesiapsiagaan bencana, sehingga tanggungjawab untuk menyelamatkan kota ini dari bencana, baik bencana kebakaran maupun bencana alam tidak hanya pemkot, tapi setiap kampung mengetahui apa yang harus dikerjakan ketika terjadi bencana, pasti akan lebih cepat penanganan kalau gini,” kata dia.

Eri menyampaikan bahwa Pemkot Surabaya tidak bisa bekerja sendirian dalam penanggulangan bencana, melainkan merupakan tanggung jawab bersama, yaitu pemerintah daerah, unsur masyarakat, dunia usaha, akademisi, serta media massa. Dengan pendekatan Pentahelix, ia mengajak masyarakat meningkatkan kapasitas dengan dibekali pengetahuan mengenali resiko dan acaman bencana di wilayahnya masing-masing, keterampilan untuk menyelamatkan diri dan mampu bertahan, serta bangkit pulih dengan cepat membangun kembali kehidupannya setelah terkena bencana. (man/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs