Meningkatnya penjualan sarung menjelang momen Lebaran 2022, membuat beberapa pedagang di Pasar Bong Surabaya kehabisan stok. Hal ini berbeda dengan kondisi pandemi pada dua tahun sebelumnya, dimana penjualan merosot hampir 50 persen.
Erlina, pedagang grosir yang menyediakan komoditi sarung di Pasar Bong kepada suarasurabaya.net mengatakan, penjualannya mulai ramai pesanan sejak sebelum Ramadan.
“Tahun ini mulai ramainya, ya sekitar dua bulanan sebelum puasa,” ujarnya Minggu (24/4/2022).
Namun ditengah melonjaknya permintaan, Erlina mengaku dirinya seringkali kehabisan stok barang. Menurutnya, hal ini dikarenakan banyak pabrik atau produsen sarung yang mengekspor ke luar negeri.
“Biasanya tidak pernah, baru ini. Ya sudah jadi menunggu saja,” kafa Erlina.
Sarung yang dijual secara grosir di toko milik Erlina berkisar antara harga Rp450 ribu sampai Rp3.200.000 per kodi. Namun menurut Erlina, yang paling banyak dicari pembeli yaitu sarung dengan harga antara Rp800 sampai Rp900 ribu.
“Yang paling dicari mangga mulai Rp880 ribu per kodi. Wadimor mulai Rp930 ribuan,” tambah Erlina.
Sama seperti Erlina, Yani pedagang grosir sarung di Pasar Bong Jalan Slompretan Kota Surabaya, juga menceritakan kondisi penjualan paling parah terjadi pada 2020 lalu. Bahkan, omzetnya menurun sampai 50 persen. Meski demikian, keadaan berangsur-angsur membaik pada tahun 2021.
“Yang paling parah 2020, 2021 sudah lumayan. 2022 sudah bagus,” kata Yani.
Sebelumnya, Yani lebih banyak menjual barangnya ke pembeli yang datang langsung ke toko. Namun di saat pandemi, sasaran pembeli online-nya meningkat secara drastis.
“Upayanya ya meningkatkan pelanggan dari penjualan online untuk mengatasi penurunan atau pandemi itu,” ujar Yani.
Sementara mulai 2022, peningkatan penjualan sarung menjadi angin segar bagi Yani, di mana sarung yang ia jual banjir pesanan sejak awal tahun. Selain itu, perlengkapan salat seperti sajadah juga mengalami permintaan yang hampir sama.
“Mulai awal tahun sudah banyak pesanan sarung, sudah ribuan kodi,” paparnya.
Sarung di toko milik Yani tersedia beragam merek, rata-rata berkisar antara Rp450 ribu sampai Rp3 juta per kodi. Dia juga memperbolehkan konsumen untuk membeli minimal setengah kodi (10 buah sarung) dengan harga grosir.
“Ya kira-kira satu sarung jatuhnya Rp22.500. Kalau beli satu bal isi lima kodi atau 100 potong sarung bisa dapat harga beda. Ya paling tinggal Rp22 ribu per potongnya,” jelas Yani.
Terkait omzet, keduanya enggan menyebut secara detil jumlahnya namun sama-sama berharap tahun 2022 bisa lebih baik dan kembali pulih tidak seperti pandemi sebelumnya. (lta/bil/iss)